Rabu, 08 Januari 2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam segala peristiwa dan sejarah para nabi yang diutus oleh Allah swt. hanya untuk melaksanakan perintahnya menyembah Allah swt. Dan tiada Tuhan Yang Maha Esa dan patut dipuji selain Nya. Didalam Al-Quran, banyak terdapat peristiwa penting serta sejarah-sejarah para nabi terdahulu. Sebagai penambahan ilmu pengetahuan agama, makalah ini dibuat berdasarkan dengan materi yang telah ditentukan dan juga, dalam aspek kehidupan manusia terdapat pedoman-pedoman hidup mereka agar tercapai keselaran antara didunia dan diakhirat.
Dalam keselarasan dari terciptanya nabi Adam as. sampai nabi yang terakhir yaitu Muhammad saw., terdapat 25 nabi yang patut kita ketahui, tapi hanya empat nabi yang mendapat wahyu dari Allah swt., seperti nabi Musa as. mendapatkan kitab Taurat, Nabi Daud as. mendapatkan kitab Zabur, dan Nabi Isa as. mendapatkan kitab Injil, dan nabi akhirul zaman yaitu nabi Muhammad saw. dengan kitab sucinya Al-Quran dan  ditambah lagi dengan perilaku yang terpujinya disebutkan dari berbagai hadis s}ah}i>h}.
Oleh karena itu, pemakalah bermaksud membahas sekilas tentang kisah nabi Daud dengan judul Kisah Nabi Daud.
B.     Rumusan Masalah
Dari paparan dalam latar belakang diatas, pemakalah akan mengangkat beberapa rumusan masalah, antaralain ;
1.      Bagaimanakah kisah Nabi Daud dalam pandangan Al-Qur’an dan Hadis ?
2.      Bagaimanakah kisah Nabi Daud dalam pandangan Alkitab?



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Daud dalam Al-Quran dan Hadis
Al Quran dikenal sebagai kitab suci umat Islam, didalamnya  tercakup tentang hal-hal yang bersangkutan dengan ketauhidan, syari’at islam, fiqh dan juga berbagai kisah yang telah terjadi, sedang terjadi dan yang akan terjadi. Dalam agama Islam, Daud adalah nabi yang ke-17 dari 25 nabi yang wajib dipercayai. Beliau adalah Daud bin Yisya,[1] seorang dari tiga belas bersaudara turunan ketiga belas dari Nabi Ibrahim a.s. Ia tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi Isa a.s. bersama ayah dan tiga belas saudaranya. Masa kecilnya dihabiskan dengan mengembala.[2] Dalam masa hidupnya, Allah swt. memberikan banyak kelebihan kepada beliau.
a.       Mukjizat Nabi Daud as.
Allah SWT menurunkan kitab Zabur bagi Nabi Daud AS. Sebagaimana yang dijelaskan dalam al-Quran ;
y7š/uur ÞOn=ôãr& `yJÎ/ Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 3 ôs)s9ur $uZù=žÒsù uÙ÷èt/ z`¿ÍhŠÎ;¨Y9$# 4n?tã <Ù÷èt/ ( $oY÷s?#uäur yŠ¼ãr#yŠ #Yqç/y ÇÎÎÈ  
Terjemahannya : Dan Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di bumi. dan Sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur kepada Daud. (QS. Al-Isra>’ : 55)
NèdqãBtygsù ÂcøŒÎ*Î/ «!$# Ÿ@tFs%ur ߊ¼ãr#yŠ šVqä9%y` çm9s?#uäur ª!$# šù=ßJø9$# spyJò6Ïtø:$#ur ¼çmyJ¯=tãur $£JÏB âä!$t±o 3 Ÿwöqs9ur ßìøùyŠ «!$# }¨$¨Y9$# OßgŸÒ÷èt/ <Ù÷èt7Î/ ÏNy|¡xÿ©9 ÙßöF{$# £`Å6»s9ur ©!$# rèŒ @@ôÒsù n?tã šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÎÊÈ  
Terjemahannya : Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah[3] (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.
            Adapun dalam hadis, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Hurayrah ra. Menceritakan dari Nabi saw. bersabda. “Telah dimudahkan Nabi Dawd dalam membaca al-Qur’an (Kitab Zabur). Ia pernah memerintahkan agar pelana hewan-hewan tunggangannya disiapkan. Maka, ia selesai membaca Kitab sebelum pelana hewan tungganan disiapkan. Dan ia tidak memakan sesuatu kecuali dari hasil keringatnya. (HR. Bukhari)[4]
Selain Zabur, keistimewaan Nabi Daud AS lainnya adalah setiap pagi dan senja gunung-gunung bertasbih atas perintah Allah SWT mengikuti tasbihnya. Nabi Daud AS juga memahami bahasa burung-burung. Binatang juga mengikuti tasbih Nabi Daud AS. Keistimewaannya dalam beribadah ini diterangkan dalam surat Shâd: 17-19 dan Saba': 10.
* ôs)s9ur $oY÷s?#uä yŠ¼ãr#yŠ $¨ZÏB WxôÒsù ( ãA$t7Éf»tƒ Î1Íirr& ¼çmyètB uŽö©Ü9$#ur ( $¨Ys9r&ur çms9 yƒÏptø:$# ÇÊÉÈ  
Terjemahannya : Dan Sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari kami. (kami berfirman): "Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud", dan Kami telah melunakkan besi untuknya, (QS. Al-Saba’ : 10)
Allah Ta`ala mengabarkan tentang kenikmatan yang diberikan-Nya kepada hamba dan Rasul-Nya, Dawud –semoga shalawat dan salam untuknya- dengan diberikannya keutamaan yang nyata dan dihimpunkan kepadanya kenabian dan kerajaan yang kokoh, tentara yang berjumlah besar dengan peralatan yang lengkap. Serta apa yang diberikan-Nya dan dianugerahkan-Nya berupa suara yang indah, di mana jika dia bertasbih, maka bertasbihlah bersamanya gunung-gunung yang kokoh, berhentilah burung-burung yang beterbangan untuk mendengarkan dan turut serta bertasbih dengan berbagai ragam bahasa.
Di dalam hadits shahih dijelaskan, bahwa Rasulullah mendengar suara Abu Musa al-Asy`ari saat membaca al-Quran di waktu malam, lalu beliau berhenti untuk mendengarkan bacaannya. Kemudian beliau berkata :
“Sungguh dia telah diberikan salah satu seruling, di antara seruling-seruling keluarga Dawud.”
Makna firman Allah,   yaitu bertasbihlah. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu `Abbas, Mujahid dan selain keduanya.Karena        menurut bahasa adalah berulang-ulang. Maka gunung-gunung dan burung-burung diperintahkan untuk berulang-ulang (bertasbih) bersamanya dengan suara mereka.
Firman Allah “Dan kami telah melunakkan besi untuknya.” Al-Hasan al-Bashri, Qatadah, al-A`masy dan selain mereka berkata : “Dia tidak perlu memasukkannya ke dalam api dan tidak perlu ditempa dengan kapak besi, bahkan dia cukup mengurai dengan tangan bagaikan mengurai benang.”
Untuk itu Allah Ta`ala berfirman, “(Yaitu) buatlah baju besi yang besar-besar.” Yaitu baju perang. Qatadah berkata : “Beliau adalah manusia pertama yang membuatnya.” Padahal sebelumnya berbentuk lempengan besi. “Dan ukurlah anyamannya.” ini adalah pengarahan dari Allah kepada Nabi-Nya, Dawud mengajarkan tentang membuat baju besi.
Mujahid berkata tentang firman Allah Ta`ala, “Dan ukurlah anyamannya.” “Janganlah engkau pukul paku itu, sehingga membengkokkan lingkaran dan jangan kasar-kasar, sehingga menghancurkannya, dan buatlah dengan ukuran. Demikian yang diriwayatkan dari Qatadah dan selainnya.
Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu `Abbas : “As-sard adalah lingkaran besi.” Sebagian mereka berkata : “Dikatakan dir`u masrudah (lingkarannya), jika berpaku.” Hal tersebut dibuktikan oleh perkataan seorang penyair :
Keduanya memakai dua baju besi yang diselesaikan oleh Dawud, dan dia pun membuat baju besi lainnya yang besar-besar.
Dan firman Allah Ta`ala, “Dan kerjakanlah amalan yang shalih.” Yaitu, karena nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah kepada kalian. “Sesungguhnya Aku melihat apa yang kamu kerjakan.” Yaitu, Maha Mengawasi kalian serta Maha Melihat amal-amal dan perkataan kalian. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari-Ku.[5]
÷ŽÉ9ô¹$# 4n?tã $tB tbqä9qà)tƒ öä.øŒ$#ur $tRyö7tã yŠ¼ãr#yŠ #sŒ Ï÷ƒF{$# ( ÿ¼çm¯RÎ) ë>#¨rr& ÇÊÐÈ   $¯RÎ) $tRö¤y tA$t7Ågø:$# ¼çmyètB z`ósÎm7|¡ç ÄcÓÅ´yèø9$$Î/ É-#uŽõ°M}$#ur ÇÊÑÈ   uŽö©Ü9$#ur Zouqà±øtxC ( @@ä. ÿ¼ã&©! Ò>#¨rr& ÇÊÒÈ  
Terjemahannya : Bersabarlah atas segala apa yang mereka katakan; dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; Sesungguhnya Dia Amat taat (kepada Tuhan). Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama Dia (Daud) di waktu petang dan pagi. Dan (kami tundukkan pula) burung-burung dalam Keadaan terkumpul. masing-masingnya Amat taat kepada Allah. (QS. Al-S{a>d : 17-19)
Firman Allah,  “Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersamanya (Dawud) di waktu petang dan pagi.” Yaitu, bahwasanya Allah Ta`ala menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersamanya ketika terbit matahari dan di akhir siang. Sebagaimana Allah berfirman, “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Dawud.” (QS. Saba`: 10). Demikian pula dengan burung-burung yang bertasbih bersama tasbihnya, dan bersenandung dengan senandungnya. Jika burung yang terbang di udara melewati beliau yang sedang menyenandungkan Zabur lalu dia mendengarnya, maka dia tidak mau pergi, dia tetap berada di udara dan bertasbih bersamanya. Sedangkan gunung-gunung yang kokoh ikut serta bersenandung dan bertasbih bersamanya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa telah sampai berita kepada Ibnu `Abbas, Ummu Hani menceritakan, pada saat Fat-h (pembebasan) Makkah, Rasulullah melakukan shalat Dhuha delapan rakaat. Lalu Ibnu `Abbas berkata : Aku mengira bahwa pada saat ini ada waktu shalat, Allah berfirman, “Untuk bertasbih bersamanya (Dawud) di waktu petang dan pagi.”
Kemudian dia meriwayatkan hadits dari Sa`id bin Abi `Arubah, dari Abul Mutawakkil, dari Ayyub bin Shafwan, dari maulanya `Abdullah bin al-Harits bin Naufal, bahwa Ibnu `Abbas tidak melakukan shalat Dhuha, dia berkata : Aku membawanya masuk menemui Ummu Hani, lalu aku berkata : Beritahukanlah orang ini apa yang telah engkau kabarkan kepadaku.” Dia berkata : “Pada Fat-hu Makkah, Rasulullah masuk menemuiku di rumahku. Kemudian beliau memerintahkan agar mengambil air yang dituankan di sebuah bejana. Kemudian beliau meminta sehelai kain untuk menghalangi antara aku dengannya, lalu beliau mandi. Kemudian, beliau membersihkan bagian sudut rumah. Lalu beliau shalat delapan rakaat, dan itu termasuk shalat Dhuha, yaitu berdiri, ruku, sujud dan duduknya hamper sama.” Lalu Ibnu `Abbas keluar sambil berkata : “Aku telah membaca ayat-ayat yang berada di antara dua lauh, aku tidak mengenal shalat Dhuha kecuali sekarang. “Untuk bertasbih bersama dia (Dawud) di waktu petang dan pagi.” Dahulu aku mengatakan : “Mana dalil shalat isyraq?” Lalu sekarang dia berpendapat adanya shalat Isyraq.
Untuk itu Allah berfirman, “Dan (Kami tundukkan pula) burung-burung,“ dalam keadaan tertahan di udara. “Masing-masingnya amat taat kepada Allah.” Yaitu, amat taat bertasbih mengikutinya.
Sa`id bin Jubair, Qatadah dan Malik berkata dari Zaid bin Aslam dan Ibnu Zaid : “Masing-masingnya amat taat kepada Allah.” Yaitu, amat patuh.”
Dan firman Allah Ta`ala, “Dan Kami kuatkan kerajaannya,” yaitu, Kami jadikan untuknya kerajaan yang sempurna dari seluruh apa yang dibutuhkan oleh para raja.
Firman Allah Jalla wa `Alaa,    “Dan Kami berikan kepadanya hikmah.” Mujahid berkata: “ Yaitu pemahaman, akal fikiran dan kepandaian.” Qatadah berkata : “(Yaitu) Kitab Allah dan mengikuti isinya.” As-Suddi berkata : “yaitu, kenabian.”
Dan firman Allah, “Dan kebijakasanaan dalam menyelesaikan perselisihan.” Mujahid dan As-Suddi berkata : “Yaitu, kebenaran dan pemahaman tentang keputusan.” Mujahid pun berkata : “Yaitu, ketegasan dalam pembicaraan maupun dalam hokum.” Dan inilah makna yang dimaksud dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Ibnu Abi Hatim berkata, bahwa Abu Musa al-`Asy`ari berkata : “Orang yang pertama kali mengucapkan amma ba`du adalah Dawud dan itulah fashlul khithab.” Demikian pula asy-Sya`bi berkata : “Fashlul khithab adalah (ucapan) amma ba`du.”[6]
b.      Kisah Nabi Daud dan Jalut (Goliath)
Thalut mengajak orang-orang yang tak punya ikatan rumah tangga dan perdagangan ke medan perang. Dengan memilih orang-orang terbaik itu, ia berharap mereka dapat memusatkan diri pada pertempuran dan tak terganggu dengan urusan rumah tangga dan perdagangan.
Salah seorang anak muda yang ikut dalam barisan Thalut adalah seorang remaja bernama Daud. Ia diperintah oleh ayahnya untuk menyertai kedua kakaknya yang maju ke medan perang. Daud tidak diperkenankan maju ke garis depan, ia hanya ditugaskan untuk melayani kedua kakaknya. Tempatnya di garis belakang. Jika kakaknya lapar atau haus, dialah yang melayani dan menyiapkan makanan dan minuman bagi mereka.
Tentara Thalut sebenarnya tidak seberapa banyak. Jauh lebih banyak dan lebih besar tentara Jalut. Jalut sendiri adalah seorang panglima perang yang bertubuh besar seperti raksasa. Setiap orang yang berhadapan dengannya selalu binasa. Tentara Thalut gemetar saat melihat keperkasaan musuh-musuhnya itu. Demi melihat tentaranya ketakutan, Thalut berdoa kepada Allah, "Ya Tuhan kami, curahkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir."
Maka dengan kekuatan doa itu mereka menyerbu tentara Jalut. Tak mengira lawan yang berjumlah sedikit itu mempunyai keberanian bagaikan singa terluka, akhirnya pasukan Jalut dapat diporak-porandakan dan lari tercerai berai.
Tinggallah Jalut dan beberapa pengawalnya yang masih tersisa. Thalut dan pengikutnya tak berani berhadapan dengan raksasa itu. Lalu Thalut mengumumkan, siapa yang dapat membunuh Jalut maka ia akan diangkatnya sebagai menantu. Tak disangka dan diduga, Daud yang masih berusia remaja tampil ke depan, minta izin kepada Thalut untuk menghadapi Jalut. Mula-mula Thalut ragu, mampukah Daud yang masih sangat belia itu mengalahkan Jalut? Namun setelah didesak oleh Daud, akhirnya ia mengizinkan anak muda itu maju ke medan perang.
Dari kejauhan Thalut mengawasi sepak terjang Daud yang menantang Jalut. Jalut memang sombong. Ia telah berteriak berkali-kali, menantang orang-orang Israil untuk berperang tanding. Ia juga mengejek bangsa Israil sebagai bangsa pengecut dan hinaan-hinaan lainnya yang menyakitkan hati. Tiba-tiba Daud muncul di hadapan Jalut. Jalut tertawa terbahak-bahak melihat anak muda itu menantangnya duel. Daud tidak membawa senjata tajam. Senjatanya hanya ketapel. Berkali-kali Jalut melayangkan pedangnya untuk membunuh Daud, namun Daud dapat menghindar dengan gesitnya. Pada suatu kesempatan, Daud berhasil melayangkan peluru ketapelnya tepat di antara kedua mata Jalut.  Jalut berteriak keras, roboh dengan dahi pecah, dan tewaslah ia. Dengan demikian menanglah pasukan Thalut melawan Jalut. Sesuai janji, Daud lalu diangkat sebagai menantu Raja Thalut. Ia dinikahkan dengan putri Thalut yang bernama Mikyai.[7]
2.      Daud dalam Al-Kitab
Dalam mempelajari Al-Dakhi>l fi> al-Tafsi>r, sebagai literature, kita dianjurkan untuk membaca buku-buku yang dikarang ole non muslim agar kita dapat mengetahui al-Dakhi>l  dari itab tersebut.
Dalam hal ini, makalah mengangkat pembahasan mengenai kisah Nabi Daud yang ditinjau dari Al Kitab. Tanpa mengurangi keimanan, dengan niat untuk menjadikan referensi, hasil dari pembahasan dalam Al Kitab yang diperoleh pemakalah adalah sebagai berikut.
a.       Dalam Al  Kitab, kisah Daud tidaklah jauh beda, hanya saja ada beberapa yang berbeda dengan kisahnya dalam al-Qur’an. Dalam al-Qur’an, nama Daud disebut Da>wu>d, sedangkan dalam Al Kitab, biasa disebut Daut dan juga biasa disebut David
b.      Dalam agama Islam, Nabi Daud diangkat menjadi raja setelah Raja Thaulut, sedangkan dalam Al Kitab nama Thaulut disebut Saul
c.       Dalam agama Islam, Nabi Daud membunuh raksasa yang bernama Jalut, sedangkan dalam Al Kitab nama Jalut dikenal dengan Goliath
d.      Dalam agama Islam, Nabi Daud diutus oleh ayahnya untuk membantu pasukan Raja Thaulut bersama dua saudara lainnya. Sedangkan di Al Kitab, Daud datang dengan sendirinya untuk membantu.[8]
e.       Dalam agama Islam, Nabi Daud membunuh Jalut menggunakan ketapel. Ia meninggal setelah batu dari lontaran ketapel nabi Daud mendarat di pelipisnya. Adapun dalam Alkitab, setelah ditembak menggunakan ketapel, daud memeggal kepala Jalut menggunakan pedang Jalut sendiri[9]




BAB III
KESIMPULAN
1.      Dalam Islam, Daud adalah seorang nabi yang dimasa hidupnya pernah diangkat sebagai raja  yang menduduki tahta selama 40 tahun lamanya. Beliau diberi mukjizat oleh Allah yang salahsatunya adalah kitab Zabur dsb.
2.      Kisah Daud dalam Alkitab tidaklah jauh berbeda dengan al-Quran, terdapat berbagai perbedaan seperti perubahan nama-nama dsb.



DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an al-Karim
Alkitab, 2013
Ghaffar, M. Abdul. Tafsir Ibnu Katsir. Bogor : Pustaka Imam Syafi’I. 2004.
Ghazali, M. Yusri Amru. Ensiklopedia Al-Qur’an & Hadis Pertema. Jakarta : Elta Askara Media. 2012.
Pamungkas, Ismail. Riwayat Nabi Daud. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 1991.
_______. Seri Riwayat Nabi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 1991.
Pirotta,Saviour. Kisah Alkitab Untuk Anak. Jakarta : Erlangga. 2009.





[1]Ismail Pamungkas, Riwayat Nabi Daud, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1991) h. 20
[2]Saviour Pirotta, Kisah Alkitab Untuk Anak, ( Jakarta : Erlangga, 2009 ), h. 121
[3] Yang dimaksud di sini ialah kenabian dan kitab Zabur.
[4] M. Yusri Amru Ghazali, Ensiklopedia Al-Qur’an & Hadis Pertema, ( Jakarta : Elta Askara Media , 2012), h. 608
[5] M. Abdul Ghaffar, Tafsir Ibnu Katsir, jil.6 ( Bogor : Pustaka Imam Syafi’I, 2004) h. 554-551
[6] M. Abdul Ghaffar, Tafsir Ibnu Katsir, jil. 7 ( Bogor : Pustaka Imam Syafi’I, 2004) h. 57-59
[7] Dikutip dari Ismail Pamungkas, Seri Riwayat Nabi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1991), h. 24-28
[8] Alkitab, 2013, h. 362
[9] Alkitab, 2013, h. 364