MANHAJ
AL-MIZZIY DALAM KITAB TUH{FAH AL-ASYRA<F BI MA‘RIFAH AL-AT{RA<F
Tugas Mata
Kuliah;
Manhaj Muhaddisin
Oleh;
MUHAMMAD
IRFAN
30700111007
Dosen
Pemandu;
Abdul Gaffar, M. Th. I
PROGRAM STUDI
ILMU HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai
salah satu sumber ajaran Islam, hadis tentunya harus dipelihara dan dijaga
keutuhannya agar ajaran yang terkandung di dalamnya tetap murni sebagaimana keinginanan
peletaknya. Hadis yang secara fisik adalah teks yang bersumber dari Nabi
Muhammad dapat dipelihara dengan dua cara yakni menghafal dan atau menulisnya
dalam sebuah kitab.
Diawal
abad I --pasca wafat Nabi--, hadis terjaga dalam hafalan dan beberapa tulisan
dari sahabat. Pada saat itu menulis hadis belum gencar dilakukan, hanya ada
beberapa orang saja yang menulisnya, dan hal itu dilakukan hanya sebagai
catatan pribadi. Hal ini berlangsung hingga akhir abad I Hijriah.[1]
Menyadari
bahwa penulisan hadis juga sangat penting sebagai langkah untuk menjaga
keaslian hadis yang pada saat itu mulai “terusik” dengan munculnya pemalsu
hadis, pada tahun 101 H. ‘Umar bin ‘Abd al-‘Azi>z yang menjabat sebagai
khalifah memulai babak baru dengan mengintruksikan kepada ulama pada saat itu
untuk melakukan pengumpulan hadis.[2]
Sehingga tercatat bahwa dialah yang memulai periode tadwi>n (masa
penulisan dan pembukuan).
Setelah
pembukuan resmi dilakukan. kitab-kitab hadis pun bermunculan. seperti al-Muwat}t}a’
karya Ma>lik bin A<nas (w. 179 H.), al-Maga>ziy wa al-Siya>r
karya Muh}ammad bin Ish}a>q (w. 150 H.), Al-Ja>mi‘ karya
al-S{an‘a>niy (w. 211 H.) serta beberapa kitab al-mus}annaf dan al-musnad.
Semakin
lama penulisan hadis semakin berkembang. Disamping itu para penulis juga
semakin selektif dalam menerima hadis. Mereka menetapkan kaedah-kaedah dasar
dalam menilai, menerima dan atau menuliskan hadis yang diterimanya. Mereka
berusaha menyaring dan membedakan hadis-hadis yang sahih, lemah dan palsu.
Diantara ulama yang sangat selektif dalam menilai hadis adalah al-Bukha>riy
(w.256 H.). Al-Bukha>riy berhasil mengumpulkan hadis-hadis sahih dalam
kitabnya al-Ja>mi‘ al-S{ah}i>h. Usaha Al-Bukha>riy ini diikuti
oleh muridnya, yaitu Muslim (w. 261 H.).
Sesudah
S{ah}i>h} al-Bukha>riy dan S{ah}i>h} Muslim, bermunculan
imam lain yang mengikuti jejak al-Bukha>riy dan Muslim seperti Abu Da>wud
(w. 275 H>), al-Tirmiz\iy (w. 279 H.) , al-Nasa>iy (w. 303 H.) dan Ibnu
Majah (w. yang masing-masing menulis kitab sunan. Karena kualitas hadis
yang terdapat dalam kitab mereka, maka keenam ini digolongkan sebagai kitab
induk yang kemudian dikenal dengan nama al-kutub al-sittah.[3]
Selanjutnya,
karena keenam kitab ini adalah kitab induk atau kitab standar, maka otomatis
menarik minat para ulama generasi setelahnya untuk mengkaji kitab tersebut, itu
terbukti dengan munculnya beberapa kitab yang mensyarah hadis pada kitab-kitab
tersebut seperti Fath} al-Ba>ri>, Fai>d} al-Qadir, Syarh al-Nawawiy
‘ala Muslim, Ga>yah al-Ikhtis}a>r, ‘Au>n al-Ma‘bu>d, Tuh}fah
al-Ah}waz\iy dan sebagainya. Kitab-kitab tersebut merupakan penjelasan dari
matan hadis yang terdapat pada kitab induk.
Selain
ketertarikan menjelaskan makna hadisnya, ternyata keenam kitab ini juga menarik
perhatian ulama untuk mengkaji jalur periwayatannya (sanad). Dimulai pada abad
ke IV, muncul beberapa kitab at}ra>f [4]
yang secara khusus mengumpulkan dan membahas jalur periwayatan kitab S{ah}i>h}
al-Bukha>riy dan Muslim oleh Abu> Mas‘u>d Ibra>him bin
Muh}ammad dan Khalaf bin Hamadun, kemudian pada abad V disusul oleh kitab At{ra>f
al-Kutub al-Sittah karya Muh}ammad bin T{a>hir al-Qaisara>niy yang
mengumpulkan jalur al-kutub al-sittah
dan pada abad ke VI muncul kitab al-Isyraf ‘ala Ma‘rifah al-At}ra>f
karya Ibnu ‘Asa>kir yang mengumpulkan jalur sanad kitab empat
(al-Nasa>iy, al-Tirmiz\iy, Ibnu Ma>jah dan Abu Da>wud).[5]
Dan pada akhir abad VII, muncul kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah
al-At}ra>f karya al-Mizziy, kitab yang mengumpulkan jalur sanad al-kutub
al-sittah. Kitab yang terakhir disebutkan lebih sempurna dibandingkan
dengan kitab al-at}ra>f sebelumnya karena mencakup semua jalur sanad al-kutub
al-sittah dan merupakan koreksi terhadap kitab sebelumnya.
Dalam
studi hadis sejauh ini, kitab Tuh}fah al-Asyra>f memberikan memiliki
kontribusi dalam penelitian terhadap hadis-hadis Nabi. Olehnya itu, perluh dilakukan
penjajakan terhadap kitab ini agar mendapatkan informasi yang lebih banyak
terkait kitab tersebut untuk dijadikan sebagai pedoman agar kitab ini dapat
difungsikan dengan maksimal dan menambah khazanah keilmuan ditengah umat Islam
khususnya peneliti hadis.
Oleh karena itu, kajian ini akan menganalisis kitab tersebut dari segi isi, sistematika
penyusunan, teknik penulisan, biografi penulisnya, serta latar historis
penulisan kitab tersebut. Hal ini mengingat bahwa setiap kitab hadis
masing-masing memiliki nuansa dan keragaman penyusunan berdasarkan perbedaan
pendekatan, metode, dan kriteria, bahkan pada teknik penulisannya.[6]
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
pemaparan latar belakang diatas, pemakalah dapat membuat rumusan masalah
sebagai berikut.
1.
Bagaimana
biografi penulis kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f?
2.
Bagaimana
latar belakang penyusunan kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah
al-At}ra>f?
3.
Bagaimana
profil kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f?
4.
Bagaimana
keunggulan dan keterbatasan kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah
al-At}ra>f?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi al-Mizziy
1.
Nama dan masa hidup
al-Mizziy
Al-Mizziy
bernama lengkap Jama>l al-Di>n Abu> al-H{ajja>j Yu>suf bin
al-Zakiy ‘Abd al-Rah}ma>n al-Kalbiy al-Qad}a‘iy al-H{alabiy al-Dimsyaqiy, al-Mizziy.
Tetapi ia lebih dikenal dengan nama al-Mizziy. Al-Mizziy lahir pada tanggal 10
Rabiul Akhir tahun 654 H. Ia berasal dari salah satu kabilah Arab yaitu Kalbi
Qada‘iyyah. Kabilah ini adalah salah satu komunitas besar yang sudah lama
bermukim di Mizzah. Penyematan nama
al-Halbiy karena dia lahir di kota Halab (Aleppo), salah satu kota di Suriah. Sedangkan
al-Mizziy karena beliau tumbuh dewasa di kota Mizzah dan melakukan kegiatan
belajar dan mengajar di sana. Mizzah sendiri adalah salah satu kota di Damaskus,
oleh karena itu pula al-Dimsyaqiy disematkan kepadanya.[7]
Karena
ketekunannya dalam menuntut ilmu, al-Mizziy termasuk salah satu ulama yang
mahir dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan, meskipun ia lebih dikenal sebagai
muh}addis\ yang pakar dalam aspek rija>l al-h}adi>s\. Ia
mahir dalam ilmu usul fikih, ilmu fikih,
nahwu, saraf dan ilmu hadis.[8]
Al-Mizzy tergolong lambat
memulai mencari dan melakukan proses sima’ hadis dari ulama-ulama hadis,
ia baru memulai pada tahun 675 H. atau ketika ia berusia kurang lebih 21 tahun.
Salah satu penyebabnya ialah karena orang tua dan keluarganya bukanlah ulama
yang menyebabkan kurangnya nuansa keilmuan yang mendorong ia untuk mulai
menekuni bidang hadis sejak masih kecil. al-S{ala>h} al-S{afdiy dan Ibnu
H{{ajar al-Asqalaniy mengungkapkan bahwa seandainya ia memulai mencari hadis
sejak kecil maka ia bisa saja menerima hadis dari beberapa ulama populer pada
masa itu, sebut saja seperti ibnu ‘Abd al-Qa>im (w. 668 H.), Al-Karma>niy
(w. 668 H.), Ibnu Abu al-Yasar (w. 672
H.), Muh}ammad bin ‘Aliy al-Sulamiy al-Mursiy (w. 655 H.), Al-Munz\iriy (w. 656
H.), Kha>t}ib Mardan (w. 656 H.), al-Yalda>niy (W. 655 H.).Ia pertama
kali mendengar hadis dari al-Mu‘ammar Zain al-Di>n Abu al-‘Abba>s Ahmad
bin Abu al-Khair (w. 678).[9]
Meski demikian, hal tidak
menghalangi semangat belajar al-Mizziy, sejak saat itulah ia sering melakukan
rihlah ke beberapa daerah untuk menuntut ilmu kepada ulama-ulama yang ada di daerah
tersebut. Diantara daerah yang pernah didatangi ialah Syam, Mekah, Madinah,
Iskandariyah, Ba’labakka dan lain-lain.[10]
Al-Mizziy
telah berguru kepada sekitar 1000 orang ulama hadis. Adapun guru-gurunya antara
lain ialah Ah}mad bin Abi al-Khai>r, al-Irbiliy, al-Muslim bin ‘Ila>n,
al-Fakhr bin al-Bukha>riy, al-Nawawiy, Syarf al-Di>n bin Quda>mah
al-H{anbaliy (w. 694 H.), al-‘Izz al-H{ira>niy, Abu> Bakr bin
al-Anma>t}iy, Ga>ziy bin Abu al-Fad}li> al-Hala>wiy, Abu>
al-Faraj Abd al-Rah}ma>n bin Abu ‘Amr, Isma>‘i>l bin Yah}ya>
al-Asqala>niy, Aliy bin Ah}mad bin al-Bukha>riy, Ah}}mad bin Syaiba>n,
Muh}ammad bin ‘Abd al-Mu’min, al-S{auriy, ‘Abd al-Rah}ma>n bin Zain, ‘Abd
al-Rah}i>m bin Khat{i>b al-Mizzah, dan lain-lain.[11]
Dalam
proses belajarnya, ia telah mendengar dan mempelajari beberapa karya ulama
seperti kutub al-sittah, berbagai jenis musnad, mu’jam al-kabi>r karya
al-T{abra>niy, ta>ri>kh al-Khat}}i>b, al-Nasab karya
al-Zubair, berbagai kitab sunan, al-Mustakhraj ‘Ala> Muslim, Hilyah karya
Ibnu Abu Al-Khair, al-Dala>il dan lain-lain.[12]
Karena
keluasan ilmunya, tidak heran jika kemudian banyak orang yang berbondong-bondong
kepadanya untuk menimba ilmu pengetahuan khususnya pada bidang hadis. Al-Mizziy
aktif menyampaikan hadis dan mengajarkan ilmunya selama 50 Tahun. Ia pernah
menjabat sebagai pimpinan Da>r al-H{adi>s\ al-Asyrafiyah sebuah madrasah
hadis di kota Damskus selama 23,5 tahun. Sehingga tercatat bahwa hampir semua
muh}addis\ di Damaskus pernah menjadi muridnya, baik kalangan kiba>r maupun
siga>r}. ulama sekaliber al-Z|ahabiy, al-Barzaliy dan Taqiy
al-Di>n al-Subukiy pernah menimbah ilmu kepadanya.[13]
Al-Mizziy
wafat di Halab (Aleppo) pada hari sabtu 12 Safar 742 H. Ada juga yang
mengatakan bahwa al-Mizziy wafat pada tahun 744 H. Al-Mizzy dimakamkan di pemakaman
para sufi, berdampingan dengan makam sahabatnya, Ibnu Taimiyyah.[14]
2.
Karya-karya al-Mizziy
Sebagai
ulama besar pada masanya, disamping mengajarkan hadis dan ilmu hadis, al-Mizziy
juga melahirkan beberapa karya ilmiah. Akan tetapi, nama kitab yang dikarang
olehnya yang ditemukan oleh pemakalah hanya dua kitab yakni Tahz\i>b
al-Kama>l fi Asma>’ al-Rija>l dan kitab Tuh}fah al-Asyra>f
bi Ma‘rifah al-At}ra>f yang keduanya berisi tentang para perawi hadis (rija>l
al-h}adi>s\). Padahal al-Mizzy juga mengarang beberapa kitab mu‘jam
yang lain.[15]
Kedua kitab tebal dan terdiri dari beberapa jilid ini merupakan kitab yang
fenomenal dan telah banyak memberi manfaat yang besar bagi para muh}addis\ sampai
saat ini. Dengan kedua karya ini juga semakin menegaskan bahwa al-Mizziy adalah
seorang pakar rija>l al-h}adi>s\.
3.
Apresiasi ulama terhadap
al-Mizziy
Sebagai
seorang ulama besar pada bidang hadis dan ilmu hadis serta besarnya pengaruhnya
pada ilmu tersebut, al-Mizziy tidak lepas dari penilaian para ulama pada
masanya dan setelahnya. Banyak ulama yang melontarkan komentar positif
terhadapnya baik terkait keagungan perilakunya maupun keluasan ilmunya. Ibnu
H{ajar mengatakan bahwa al-Mizziy adalah sosok yang memiliki akhlak yang mulia,
pemalu, qana‘ah, tawaduk, menyayangi sesama, suka bergaul dan jika ditanya ia
akan menjawab dengan cara yang baik. Al-Z|ahabiy (w. 748 H.) mengatakan “ tidak
ada seorang pun yang lebih tahu ilmu hadis dan rija>l h}adis\ melebihi
al-Mizziy, dialah muara sanad hadis” al-Z|ahabiy menambahkan bahwa al-Mizziy
adalah orang yang s\iqah h}ujjah, baik dalam bertutur kata dan jika ia
menyampaikan hadis di depan jama’ahnya maka mereka terheran-heran karena ia
selalu mampu menyampaikan sanad dan matannya dengan benar dan mampu membenarkan
jika ada yang salah dalam menyebutkan sanad hadis. al-S{ala>h} al-S{afdiy
(w. 764 H.) dan Taqiy al-Di>n al-Subukiy berkata “ ia adalah imam para muh}addis\.[16]
B.
Profil Kitab Tuh}fah
al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f
1.
Penulisan kitab Tuh}fah
al-Asyra>f
Keinginan
al-Mizzy untuk menulis kitab yang berbentuk mu‘jam yang berisikan
nama-nama perawi, muncul setelah ia mampu menyelesaikan karyanya, Tahz\i>b
al-Kama>l fi Asma>‘ al-Rija>l. Karya yang mengumpulkan hadis-hadis
dalam satu kitab, bukanlah karya yang baru pada saat itu. Sebelum al-Mizziy
lahir, sudah ada beberapa kitab indeks hadis seperti At}ra>f
al-S{ah}i>h}ai>n karya Abu Mas‘u>d Ibra>hi>m bin Muh}ammad
bin ‘Ubaid al-Dimsyaqiy (w. 440 H>), kitab At}ra>f
al-S{ah}i>h}ai>n karya Khalaf bin Hamadun al-Was}i>tiy (w. 401
H.), At}ra>f al-Kutub al-Sittah karya Muh}ammad bin T{a>hir, bin
Ah}mad al-Maqdisiy (w. 507 H.), dan yang terbaru adalah kitab al-Isyra>f
‘Ala Ma‘rifah al-At}ra>f karya
seorang ulama besar, Abu al-Qa>sim Aliy bin H{asan Hibatilla>h atau yang
lebih dikenal dengan nama Ibnu ‘Asa>kir (w. 571 H.). Khusus nama terakhir, menggunakan
metode sama seperti yang ingin ditempuh oleh al-Mizziy yaitu berbentuk mu’jam
berdasarkan nama sahabat. Akan tetapi, al-Mizziy berpendapat bahwa masih
banyak perawi atau jalur sanad yang terlupakan atau tidak ditulis oleh Ibnu
‘Asa>kir (Abu> al-Qa>sim: sebutan al-Mizziy terhadap Ibnu ‘Asa>kir
dalam T{uh}fah) apatahlagi Ibnu ‘Asa>kir hanya mengumpulkan jalur
dari empat kitab sunan (Abu Da>wud, al-Tirmiz\iy, al-Nasa>iy dan Ibnu
Ma>jah) sehingga al-Mizziy merasa perluh membuat kitab mu’jam yang lebih
sempurna dari apa yang ditulis oleh Ibnu ‘Asa>kir.[17]
Dalam pengantar kitab ini, al-Mizziy
menuliskan terkait dengan awal ia memulai menulis kitab tersebut dan kapan
kitab itu selesai ditulis olehnya. Adapun ungkapannya yaitu sebagai berikut.
وكان الشروع فيه يوم عاشوراء سنة ستة وتسعين و ستمائة,
وتم في الثالت من ربيع الآخر سنة اثنين وعشرين و سبعمائة.[18]
Artinya:
Kitab ini mulai ditulis pada tanggal 10 Muharram
(‘asyu>ra>’) pada tahun 696 H. dan selesai pada tanggal 3 Rabiul Akhir
tahun 722 H.
Akan
tetapi terdapat dibeberapa tempat pada juz-juz yang lain yang menyebutkan
tentang kapan ia (al-Mizziy) menyelesaikannya, dan dari ungkapan-ungkapannya
itu tidak pernah menyebutkan tahun selesainya melewati tahun 720 H. Dari sini
kemudian dipahami bahwa al-Mizziy menulis kitabnya sebanyak dua kali. Tulisan
pertama pada tahun 696-720 H. adalah dalam bentuk pra kitab (muswaddah) atau
tulisan percobaan yang masih akan diperbaiki penulisannya dan yang kedua pada
tahun 720-722 H. adalah salinan naskah yang bersih (mubyad}d}ah) yang secara
fisik nampak lebih baik dari yang pertama.[19]
Menulis kitab dengan lebih dahulu menulis sebagai percobaan
untuk kemudian diperbaiki pada penulisan yang kedua kalinya memang merupakan
kebiasaan al-Mizziy, sebab hal itu juga ia lakukan pada kitab T{ahzi>b
al-Kama>l fi Asma>‘ al-Rija>l, berdasarkan pada keterangan
al-Z|ahabiy bahwa ia pernah membaca kitab gurunya (al-Mizziy) pada saat kitab
itu masih nampak seperti cetak percobaan (muswaddah) dan pernah juga membacanya
ketika kitab tersebut telah menjadi sebuah naskah yang bersih (mubyad}d}ah).[20]
Setelah al-Mizziy selesai menuliskan kitabnya, banyak
diantara teman-teman dan muridnya yang berinisiatif untuk menulis kembali kitab
itu, setelah mereka menuliskan, mereka perlihatkan lagi kepada al-Mizziy untuk
dicek dan diperiksa lalu kemudian kitab itu diajarkan dan akhirnya menyebar dikalangan
muh}addis pada masa itu sehingga manfaatnya dapat dirasakan.
Kitab T{uhfah al-Asyra>f menarik minat
beberapa ulama untuk menulis dan mengkaji kitab ini, sehingga ditemukan
keterangan bahwa dalam perjalannya, kitab ini sudah ditulis dan dikaji oleh ulama-ulama
bahkan ketika al-Mizziy masih hidup. Diantara ulama yang pernah menulis dan mengkaji kitab ini
adalah al-Barza>liy (665-739 H.). Kitab yang ditulis oleh al-Mizziy yang
terdiri dari 86 juz ini, ia kumpulkan dalam tujuh jilid. Kitab ini juga ditulis
oleh Muh}ammad bin Ah}mad bin Tamam atau lebih dikenal dengan nama Ibnu
al-Sira>j, penerus al-Mizziy pada Da>r al-H{adis\ al-Asyrafiyyah
sebagai pimpinan. Catatannya itu tersimpan pada Ibnu H{ajar yang kemudian
menjadi panduannya mengkaji kitab ini. Ibnu H{ajar sendiri dalam mengkaji kitab
ini memberikan beberapa komentar dan penjelasan terhadap isi kitab yang ia
namakan dengan al-Nakt al-Z{ura>f ‘ala> al-At}ra>f. Ibnu
al-Muhandis juga menulis dalam dua jilid dan Ibnu al-Ja>syiki>r dalam
tiga jilid. Ala>‘ al-Di>n Muglat}a>y (w. 762 H.) dan al-‘Ira>qiy
(w. 806 H.) juga mengkaji kitab ini. Bahkan putra al-‘Ira>qiy, Waliy
al-Di>n al-‘Ira>qiy telah menulis kitab mustadrak yang berjudul al-It}ra>f
bi Ma‘rifah al-At}ra>f. Tidak ketinggalan, murid sekaligus menantu
al-Mizziy, Ibnu Kas\i>r, juga pernah menulis kitab Tuh}fah al-Asyra>f.[21]
Tidak
berhenti sampai disitu, saat ini penulis menemukan kitab ini dalam dua cetakan
dan dengan bentuk dan isi yang berbeda yaitu tah}qi>q ‘Abd al-S{amad
Syarifuddin yang dicetak oleh percetakan al-Maktab al-Isla>miy untuk kedua
kalinya di Beirut. Cetakan pertama pada tahun 1960 M. dan cetakan kedua pada
tahun 1983 M. Di daerah yang sama, Beirut, kitab ini juga dicetak oleh
percetakan Da>r al-Garb al-Isla>miy berdasarkan tah}qiq Basya>r
‘Awwa>d Ma‘ru>f. penulis juga menemukan keterangan bahwa karya al-Mizziy
ini juga terdapat diperpustakaan al-Fatih di Istanbul, Turki, yang terdiri dari
empat jilid.[22]
Olehnya itu pada makalah ini akan menentukan salah satu kitab yang akan menjadi
kajian agar tidak terjadi kesalahpahaman.
2.
Karakteristik Kitab
Sebelum
menjelaskan manhaj al-Mizziy dalam kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi
Ma‘rifah al-At}ra>f, penulis akan menguraikan beberapa keterangan
terkait dengan kitab yang menjadi objek kajian dalam makalah ini, secara fisik
kitab ini dapat digambarkan sebagai berikut.
a.
Kitab yang menjadi kajian
yaitu tah}qi>q ‘Abd al-S{amad Syarifuddin yang dicetak oleh percetakan
al-Maktab al-Isla>miy, Beirut, cetakan kedua, 1983 M. Penulis memilih
mengkaji kitab ini padahal tahqi>q basya>r Awwa>d adalah tah}qiq yang
terbaru karena kitab inilah yang berada di perpustakaan UIN Alauddin Makassar
dan beredar di kalangan Mahasiswa.
b.
Kitab ini disertai dengan ta‘li>q
dari Ibnu H{ajar al-Asqala>niy yang disebut al-Nukat al-Z{ura>f
‘ala al-At}ra>f.
c.
Kitab ini ditulis dalam 13
jilid.
d.
Kitab Tuh}fah al-Asyra>f
mencakup beberapa pembahasan, yaitu:
1)
Tambahan dari
pentah}qi>q, diantaranya:
a)
Setiap jilid kitab ini
diawali dengan penjelasan-penjelasan yang cukup panjang terkait dengan
keterangan terhadap kitab Tuh}fah al-Asyra>f, terkait dengan ilmu
hadis dan lain-lain. Diantara pembahasan yang terdapat pada awal kitab ini antara
lain ialah:
(1)
Muqaddimah pen-tah}qi>q
(2)
Penjelasan mengenai
pentingnya menuntut ilmu khususnya mempelajari al-Qur’an dan hadis.
(3)
Ungkapan keprihatinan pentah}qiq
terhadap pendidikan keagamaan yang nampaknya ditinggalkan.
(4)
Sekilas tentang kita T{uh}fah
al-Asyra>f.
(5)
Biografi penulis
(6)
Manuskrif kitab Tuh}fah al-Asyra>f.
(7)
Fahras para perawi yang
terdapat dalam kitab Tuh}fah al-Asyra>f.
(8)
Keterangan tentang kitab al-Nukat
al-Z{ura>f.
(9)
Keterangan-keterangan
tentang penulisan Tuh}fah al-Asyra>f oleh ulama.
(10)
Keterangan singkat kitab Tahz\i>b
al-Kama>l.
(11)
Keterangan singkat tentang
Ibnu ‘Abba>s, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas‘u>d yang dikenal sebagai abadilah dan
banyak meriwayatkan hadis.
(12)
Keterangan singkat Umar bin
Khat}t}a>b
(13)
Keterangan tentang sahabat
yang lebih dikenal dengan kuniyahnya seperti Abu Hurairah, Abu Qatadah Abu Z|ar
al-Gifa>riy dan lain-lain.
(14)
Keterangan tentang Abu>
Hurairah. Diantaranya bahwa Abu Hurairah adalah salah satu sahabat yang banyak
meriwayatkan hadis, tercatat 3370 yang dituliskan oleh al-Mizziy
masing-masing 920 hadis pada jilid 11,
1937 pada jilid 10 dan 513 pada jilid 11.
(15)
Nama-nama tabi‘in yang
banyak meriwayatkan dari Abu Hurairah. Seperti, Z|akwa>n Abu S{a>lih
al-Samma>n (w. 101 H>), Sa‘i>d bin Abu Sa‘i>d al-Maqburiy (w. 117
atau 123 H.), Sa‘i>d bin Al-Musayyab al-Makhzu>miy (w. 94 atau 100 H.),
Muh}ammad bin Si>ri>n (w. 110 H.), Abu Salamah bin ‘Abd al-Rah}ma>n
bin ‘Au>f al-Zuhriy (w. 94 atau 104 H.) dan beberapa tabi‘in yang lain.
(16)
Keterangan tentang
‘A<isyah dan musnadnya serta perempuan-perempuan yang meriwayatkan hadis dari
Nabi seperti Ummu Ha>ni’ binti Abu T{a>lib, Fat}imah binti Qays, Ummul
Mukminin Maimunah dan Nasi>bah Ummu ‘At}iyyah.
(17)
Penjelasan tentang hadis mursal.
(18)
Doa husnulkhatimah.
b)
Tambahan satu kitab dari
pentah}qi>q yang diberi nama al-Kasysya>f. al-Kasysya>f adalah
indeks berisi daftar bab dari kitab yang menjadi rujukan kitab Tuh}fah al-Asyra>f.
c)
Footnote, berupa
keterangan-keterangan dari muh}aqqiq terhadap
hadis maupun perawi yang terdapat dalam kitab.
d)
Mencantumkan penjelasan
kode atau rumuz pada bagian bawah yang diantarai dengan garis datar.
e)
Mencantumkan nama sahabat
dan orang yang meriwayatkan darinya pada setiap halaman di bagian atas kertas
yang diantarai dengan garis datar, sebagai keterangan bahwa hadis dalam halaman
itu adalah dari jalur mereka.
2)
Sedangkan pembahasan
aslinya memuat beberapa hal, yaitu
a)
Muqaddimah penulis kitab Tuh}fah
al-Asyra>f.
b)
Jalur periwayatan (sanad)
hadis yang dimulai dari jalur Abyad} bin H{amma>l al-Humairiy al-Ma’rabiy
dan diakhiri dengan Mali>kah binti ‘Amr al-Zaidiyyah al-Sa‘diyyah.
c)
Matan hadis yang berjumlah 19.626.
3.
Manhaj Penyusunan Kitab Tuh}fah
al-Asyra>f.
Sebuah
karya tulis tentunya memiliki metode atau sistematika dalam menyusun atau
menulisnya sebagai tolak ukur kelayakan dianggap sebuah karya yang ilmiah.
Kitab yang tersusun dengan metode dan sistematika yang baik akan memudahkan
bagi pembacanya untuk mempelajari dan memahami isinya sehingga tujuan yang
diinginkan dari penulis dapat tercapai. Tidak terkecuali al-Mizziy dalam
menyusun kitab T{uh}fah al-Asyra>f, ia memiliki metode tersendiri dalam
menyusun kitab tersebut sehingga sampai saat ini, kitab tersebut masih menjadi
bahan bacaan dan rujukan dikalangan para peneliti Islam khususnya pada bidang
hadis.
Setelah
melakukan pembacaan dan penalaran terhadap kitab Tuh}fah al-Asyra>f karya
al-Mizziy, pemakalah dapat menyimpulkan beberapa hal terkait dengan metode
penyusunan dan pembahasannya sebagai berikut:
a.
Perawi atau jalur sanad
yang dihimpun oleh al-Mizziy di dalam kitabnya adalah para perawi yang terlibat
dalam al-kutub al-sittah (kitab enam) yakni kitab S{ah}i>h
al-Bukha>riy, S{ah}i>h Muslim, Sunan Ibn Ma>jah, Sunan al-Nasa>iy,
Sunan Abi Da>wud dan Sunan al-Tirmiz\iy, beserta tambahan
terhadap al-kutub al-sittah yakni ta‘li>q al-Bukha>riy,
Syama>il li al-Tirmiz\iy dan ‘Amal Yau>m wa Lailah li
al-Nasa>iy.
b.
Disusun seperti Musnad,
yaitu tersusun berdasarkan nama sahabat atau ra>wi a’la>.[23]
Berbeda dengan Ah}mad bin H{anbal dalam Musnad-nya yang menuliskan hadis
dengan matan yang lengkap, al-Mizziy dalam kitab ini hanya menulis
penggalan-penggalan hadis yang sekiranya dapat mewakili bentuk lafal-lafal yang
digunakan dalam al-kutub al-sittah. Karena kitab ini adalah sebagai
indeks untuk merujuk kembali pada kitab al-kutub al-sittah.
c.
Untuk merujuk kepada kitab
yang rujukan matan sebuah hadis, al-Mizziy memberi kode tertentu untuk masing
masing kitab dan menyebutkan nama babnya. Adapun kode yang digunakan
sebagaimana ia jelaskan pada mukaddimah kitabnya ialah
1)
ع
= diriwayatkan oleh keenam mukharrij.
2)
خ = al-Bukhariy
dalam kitab S{ah}i>h}-nya
3)
خت = dalam ta’li>q al-Bukha>riy
4)
م = Muslim,
5)
د =
Abu> Da>wud,
6)
ت = al-Tirmiz\iy
dalam kitab sunan-nya
7)
تم = al-Tirmiz\iy
dalam al-Syama>>il.
8)
س =
al-Nasa>iy dalam kitab sunan-nya
9)
سي=
al-Nasa>iy dalam ‘Amal yaum wa Lailah
10) ق= Abu> Da>wud dalam kitab sunan-nya.
11) ز = tambahan al-Mizziy terhadap jalur sanad
yang diabaikan atau terlupakan dari kitab-kitab al-at}ra>f sebelumnya.
12) ك = koreksi al-Mizziy terhadap kitab Ibnu
‘Asa>kir/Abu al-Qa>sim. Huruf ini diletakkan sebelum koreksinya tersebut.
Sedangkan
pada kitab yang telah ditah}qi>q, pentahqiq menuliskan nomor pasal bahkan kadang
dengan nomor hadisnya.
Berikut ini adalah
contoh penerapan kode yang telah dijelaskan.
حديث: بعثنا النبيُّ
إلى الحُرُقات، فأدركتُ رجلاً، فقال: لا إله إلا الله... الحديث. خ في المغازي
(46) عن عمرو بن محمد الناقد وفي الديات (2) عن عمرو بن زُرارةَ
النيسابوريّ كلاهما عن هُشيم، عن حُصين، عنه به. م
في الإيمان (40: 5) عن يعقوب الدَّورقيّ، عن هُشيم به. و(40: 4) عن أبي
بكر، عن أبي خالد الأحمر و(40: 4) عن إسحاق وأبي كريب، كلاهما عن أبي معاوية
كلاهما عن الأعمش، عن أبي ظَبيان به. د في الجهاد (104) عن الحسن بن عليّ وعثمان
بن أبي شيبة، كلاهما عن يَعلى بن عُبيد، عن الأعمش به. س في السير (في الكبرى)
عن محمد بن آدم، عن أبي معاوية به. وعن عمرو بن عليّ، عن عبد الرحمن، عن منصور بن أبي
الأسود، عن حصين به. ز رواه محمد بن شُجاع بن نَبْهان المروزيُّ، عن عبد
العزيز بن رُفَيع، عن أبي ظَبْيان، عن سعيد بن مالك، عن (144) أسامة بن زيد.
b.
Disusun dalam bentuk mu’jam.
Nama-nama sahabat atau ra>wiy a’la> diurut berdasarkan huruf
hijaiyyah, kecuali sahabat atau ra>wiy a’la> yang lebih dikenal
dengan dengan kuniyah-nya maka diletakkan diakhir. Dalam menyusun kuniyah,
al-Mizziy mendahulukan kuniyah abu> (laki-laki) daripada Ummu
(perempuan) dan juga tetap mengurutnya berdasarkan huruf hijaiyyah. Jika
seorang sahabat atau ra>wiy a’la’-nya mempunyai dua murid atau lebih,
nama-nama muridnya itu juga diurut berdasarkan huruf hijaiyyah, jika murid itu
juga mempunyai beberapa murid maka dilakukan hal yang sama, dan begitulah
seterusnya.
Untuk mudah mengetahui ra>wi a’la dan
murid-muridnya, dalam kitab yang sudah ditah}qi>q, diberi tanda masing masing, yakni nama sahabat atau ra>wi>
a’la> ditulis dalam sebuah kolom, muridnya diberi tanda *, perawi
selanjutnya **, perawi selanjutnya ***.
c.
Awal kutipan hadis diawali
dengan kata حديث (lihat contoh poin a)
d.
Pada setiap matan hadis
akan dijelaskan jalur sanadnya sampai kepada sahabat atau ra>wiy
a’la>-nya.
e.
Jika ada banyak hadis yang
diriwayatkan oleh muridnya maka hadis itu disusun berdasarkan banyaknya mukharrij
hadis tersebut. Misalnya satu hadis terdapat pada al-kutub al-sittah
dan satu hadis lagi hanya terdapat pada kitab S{ah}i>h} Muslim dan Sunan
Ibni Ma>jah saja, maka hadis yang didahulukan adalah hadis yang terdapat
pada al-kutub al-sittah tersebut. Sedangkan jika masing-masing hanya
terdapat pada satu kitab maka urutannya adalah 1) S{ah}i>h}
al-Bukha>riy 2)S{ah}i>h} Muslim 3)Sunan Abi> Da>wud 4)Sunan
al-Nasa>iy 5)Sunan al-Tirmiz\iy 5) Sunan Ibni Ma>jah.
f.
Meletakkan hadis-hadis
mursal pada bagian akhir.
g.
Al-Mizziy juga terkadang
memberi penjelasan singkat terkait riwayat hadis, seperti perbedaan riwayat,
adanya tambahan dan sebagainya.
Contohnya:
- حديث: إنّ المسلم لا ينجس.
س في الطهارة (172: 2) عن إسحاق بن منصور، عن يحيى هو القطان، عن مسعر، عن واصل به.
كذا وقع في رواية ابن السني والمحفوظ
في هذا عن واصل، عن أبي وائل، عن حذيفة ح3339. وكذا (759) هو في رواية ابن حيويه وابن
الأحمر وهو الصواب.
-
....ق في الزهد (37: 6) عن نصر بن عليّ، عن خالد بن الحارث ثلاثتهم
عنه به؛ وبعضهم يزيد على بعض في الحديث.
C.
Keunggulan dan
Keterbatasan Kitab Tuh}fah al-Asyra>f
Pada dasarnya, kitab-kitab yang ada dengan manhaj-nya
masing-masing, memiliki sisi yang dapat disebut sebagai keunggulan atau
keterbatasan, yang bergantung pada sudut pandang dan berbagai latar yang
melatari sebuah penilaian. Namun untuk kitab T{uh}fah al-Asyra>f, Setelah
melakukan pengamatan terhadap metode yang digunakan al-Mizziy dalam
menyusun kitab ini, pemakalah menemukan beberapa keunggulan dan keterbatasan.
1.
Keunggulan kitab T{uh}fah
al-Asyra>f
a.
Kitab ini memuat
sanad-sanad dari kitab hadis yang menjadi standar rujukan. Jika melihat posisi
jumlah jalur sanad dalam kehujjahan hadis, tentunya kitab ini dapat memberi kontribusi
untuk mengetahui kualitas sebuah hadis.
b.
Menyebutkan nama perawi
secara lengkap, baik itu nama asli, kuniyah dan laqabnya. Hal ini akan sangat
membantu bagi peneliti yang ingin meneliti biografi para perawi karena
kemungkinan kesalahan nama dalam meneliti menjadi sangat kecil karena telah
diketahui nama lengkapnya.
c.
Dengan kitab ini akan
dengan mudah mengetahui hadis mursal karena telah dikumpul dalam satu bab
tersendiri pada bagian akhir.
2.
Keterbatasan kitab T{uh}fah
al-Asyra>f
a.
Keharusan mengetahui
sahabat yang meriwayatkan hadis. Tanpa mengetahuinya, tujuan akan sulit
tercapai.
b.
Tidak menyebutkan matan
hadis secara sempurna, sehingga harus merujuk lagi pada kitab asli. Akan
tetapi, ini tidak terlepas dari tujuan kitab ini, yaitu sebagai indeks hadis.
c.
Kitab ini mengganti seluruh
cara penyampaian hadis diantara masing-masing perawi dengan ‘an, hingga
metode penerimaannya pun tidak jelas. Hal ini memaksa peneliti untuk kembali ke
kitab-kitab aslinya oleh masing-masing perawi demi melihat adanya kemungkinan tadli>s
atau pertentangan antara dua riwayat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Al-Mizziy adalah seorang
ulama yang hidup pada akhir abad VII hingga awal abad VIII. Ia adalah salah
satu ulama besar pada masanya, pakar dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan
khususnya dalam ranah kajian hadis. Ia telah banyak memberi kontribusi dalam
dunia pendidikan keagamaan. Ulama-ulama yang hidup di masanya pun banyak
belajar darinya dan mereka mengakui dan memuji keunggulan al-Mizziy, baik ilmu
maupun perilakunya.
2.
Al-Mizziy menulis kitab Tuh}fah
al-Asyra>f sebagai salah satu bentuk perhatiannya terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan.
3.
Profil kitabTuh}fah
al-Asyra>f dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar, yaitu
karakteristik kitab dan manhaj penyusunannya. Karakteristik kitab meliputi
tambahan pentahqiq (penyeleksi) dan karya asli dari al-Mizziy.
Dari segi isi, Tuh}fah
al-Asyra>f merupakan kitab yang baik untuk dijadikan sebagai kitab
pedoman dalam melakukan penelitian terhadap hadis karena memuat jalur-jalur al-kutub
al-sittah. Cara menggunakannya juga mudah karena jalur sanad yang terdapat
pada kitab ini tersusun dengan sangat sistematis berdasarkan nama sahabat yang
diurut sesuai huruf hijaiyah.
4.
keunggulan kitab ini ialah
dari metode penyusunannya yang memudahkan untuk menggunakannya, sedangkan
keterbatasannya ialah keharusan mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadis
dan perubahan s}igat tah}ammul wa al-ada>’-nya.
DAFTAR PUSTAKA
~~Al-Asqala>niy, Ibnu H{ajar. Al-Durur
al-Ka>minah fi A‘ya>n al-Mi’ah. t. dt.
Bardiy, Ibnu Tagriy. Al-Minhal
al-S{a>fiy wa al-Mustawfa> ba‘da al-Wa>fiy, t. dt.
Ibnu ‘Abd al-Qa>dir Abu Muh}ammad
Mahdiy, T{uruq Takhri>j H{adi>s Rasulillah S{allallah ‘alaih wa
Sallam, diterj. Oleh Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar. Cet. I;
Semarang: Dina Utama Semarang, 1994.
Jama>l al-Di>n Abu>
al-H{ajja>j Yu>suf bin al-Zakiy ‘Abd al-Rah}ma>n al-H{alabiy al-Dimsyaqiy,
al-Mizziy, Tahz\i>b al-Kama>l li al-Mizziy: Muqaddimah pentahqiq, ditahqiq
oleh Basya>r ‘Awwa>d Ma‘ru>f. Cet. IV; Ja>mi‘ah Bagda>d: Muassisah
al-Risa>lah, 1985.
Kah}a>lah,‘Umar Rid}a>. Mu’jam
muallifi>n, t. dt.
Midong,Baso. Ilmu Hadis: Pengantar
Memahami Hadis Nabi saw. Makassar: Alauddin press, 2010.
Sa>lim, ‘Amr ‘Abd Mun‘im. Taisir
Mus}t}alah} al-H{adi>s\ li al-Mubtadi’i>n. Mesir: Da>r
al-Diya>’, 2000.
Solahuddin, Agus dan Suyad,i Agus. Ulumul
Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Al-Subukiy, ‘Abd al-Wahab bin ‘Aliy. T{abaqa>t
al-Sya>fi‘iyyah al-Kubra>, t. dt.
Al-Sula>miy, Ibnu Ra>fi‘. Al-Wafaya>t,
t. dt.
Suryadilaga,Alfatih. Studi Kitab Hadis. Cet. I; Yogyakarta:
Teras, 2003.
Syauka>niy. Muh}ammad bin’Aliy. Al-Badr
al-T{a>li‘ bi Mah}a>sin man Ba‘da al-Qarni al-Sa>bi‘. t. dt.
Syuhbah, Ibnu Qa>d}iy. T{abaqa>t
al-Sya>fi‘iyyah. t. dt.
Al-Z|ahabiy, Muh}ammad bin Ah}mad. Al-‘Ibr
fi Khabr man Gabar. t. dt.
-------,Taz\kirah al-H{uffa>z}. India:
Da>r Ih}ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabiy, t. th.
-------,Ta>ri>kh al-Isla>m
li al-Z|ahabiy, t. dt.
Al-Zarkaliy, Khai>r al-Di>n. al-A‘la>m
li al-Zarkaliy. Beirut: Da>r al-‘Ilm li al-Mula>yi>n, t. th.
[1]Lihat:
Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia,
2009), h. 38.
[2]Baso
Midong, Ilmu Hadis: Pengantar Memahami Hadis Nabi saw (Makassar:
Alauddin press, 2010), h. 55.
[3]Agus
Solahuddin dan Agus Suyadi, op. cit, h. 43.
[4]Kitab
at}ra>f adalah salah satu jenis kitab yang disusun sebagai kumpulan
hadis-hadis Nabi. Yang dimaksud dengan jenis at}ra>f ini adalah
kumpulan hadis-hadis dari beberapa kitab induknya dengan cara mencantumkan
bagian atau potongan-potongan hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat.
Penyusunannya hanyalah menyebutkan beberapa kata atau pengertian yang
menurutnya dapat dipahami hadis yang dimaksud. Sedangkan sanad-sanadnya
terkadang ada yang menuliskan selengkapnya dan ada pula yang menuliskan
sebagiannya saja. Hal ini bermaksud agar dapat dijadikan studi komparatif sanad
dan memperjelas seluk beluk sanadnya. Lihat: Abu Muh}ammad Mahdiy bin ‘Abd
al-Qa>dir, T{uruq Takhri>j H{adi>s Rasulillah S{allallah ‘alaih wa
Sallam, diterj. Oleh Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar (Cet. I;
Semarang: Dina Utama Semarang, 1994), h. 79.
[5]Lihat:
Ibid, h. 81.
[6]Alfatih
Suryadilaga [ed.], Studi Kitab Hadis (Cet. I; Yogyakarta: Teras, 2003), h.
xiii.
[7]Lihat:
Ibnu Qa>d}iy Syuhbah, T{abaqa>t al-Sya>fi‘iyyah (t. dt.), h.
153, Khai>r al-Di>n al-Zarkaliy, al-A‘la>m li al-Zarkaliy, juz
VIII (Beirut: Da>r al-‘Ilm li al-Mula>yi>n, t. th.), h. 236, Muh}ammad bin Ah}mad al-Z|ahabiy, al-‘Ibr
fi Khabr man Gabar (t. dt), h. 302.
[8]Ibnu
H{ajar al-Asqala>niy, al-Durur al-Ka>minah fi A‘ya>n al-Mi’ah, juz
II (t. dt), h. 178. Selanjutnya disebut al-Asqala>niy.
[9]Jama>l
al-Di>n Abu> al-H{ajja>j Yu>suf bin al-Zakiy ‘Abd al-Rah}ma>n
al-H{alabiy al-Damasyqiy, al-Mizziy, Tahz\i>b al-Kama>l li al-Mizziy:
Muqaddimah pentahqiq, ditahqiq oleh Basya>r ‘Awwa>d Ma‘ru>f, juz I
(Cet. IV; Ja>mi‘ah Bagda>d: Muassisah al-Risa>lah, 1985), h. 14-15.
Selanjutnya disebut al-Mizziy.
[10]Muh}ammad
bin ~~’Aliy al-Syauka>niy, al-Badr al-T{a>li‘ bi Mah}a>sin man
Ba‘da al-Qarni al-Sa>bi‘, juz II (t. dt), h. 343.
[11]Ibnu Tagriy Bardiy, al-Minhal al-S{a>fiy wa
al-Mustawfa> ba‘da al-Wa>fiy, (t. dt.), h. 43, Ibnu Ra>fi‘
al-Sula>miy, al-Wafaya>t ( t. dt), h. 37 dan Muh}ammad bin Ah}mad
al-Z|ahabiy, Taz\kirah al-H{uffa>z}, juz IV (India: Da>r
Ih}ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabiy, t. th.), h. 1498.
[12]Al-Asqala>niy,
op. cit. h. 178.
[13]Syuhbah,
op. cit. h. 153 dan ‘Abd al-Wahab bin ‘Aliy al-Subukiy dan
T{abaqa>t al-Sya>fi‘iyyah al-Kubra>, juz X (t. dt.), h. 196.
[14]Syuhbah,
op. cit. h. 153, dan al-Z|ahabiy, Taz\kirah, op. cit. h. 1498.
[15]‘Umar
Rid}a> Kah}a>lah, Mu’jam muallifi>n, juz III (t. dt), h. 308.
[16]Lihat: al-Asqala>niy,
al-Durur Ka>minah, loc. cit dan dan al-Z|ahabiy, Taz\kirah
Al-H{uffa>z}, loc. cit.
[17]Al-Mizziy,
T{uh}fah al-Asyra>f bi ma‘rifah al-At}ra>f, juz I (Cet. II;
Beirut: Da>r al-Isla>miy, 1983), h. 5.
[18]Ibid.
h. 6.
[19]Basya>r
‘Awwa>d Ma‘ru>f, T{uh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>>f:
Muqaddimah Muhaqqiq (Cet. I; Beirut: Da>r al-Garb al-Isla>miy, 1999),
h. 12.
[20]Al-Z|ahabiy,
Ta>ri>kh al-Isla>m li al-Z|ahabiy, juz I (t. dt.), h. 1.
[21]‘Abd S{amad
Syarf, Muqaddimah al-Muh}aqqiq li al-At}ra>f, h. 10.
[22]Ibid.
h. 13.
[23]Lihat:
‘Amr ‘Abd Mun‘im Sa>lim, Taisir Mus}t}alah} al-H{adi>s\ li
al-Mubtadi’i>n (Mesir: Da>r al-Diya>’, 2000), h. 29.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar