Kamis, 26 Desember 2013

al-MIZZI

MANHAJ AL-MIZZIY DALAM KITAB TUH{FAH AL-ASYRA<F BI MA‘RIFAH AL-AT{RA<F
UIN
 










Tugas Mata Kuliah;
Manhaj Muhaddisin

Oleh;
MUHAMMAD IRFAN
30700111007


Dosen Pemandu;
Abdul Gaffar, M. Th. I

PROGRAM STUDI  ILMU HADIS
FAKULTAS USHULUDDIN, FILSAFAT DAN POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Sebagai salah satu sumber ajaran Islam, hadis tentunya harus dipelihara dan dijaga keutuhannya agar ajaran yang terkandung di dalamnya tetap murni sebagaimana keinginanan peletaknya. Hadis yang secara fisik adalah teks yang bersumber dari Nabi Muhammad dapat dipelihara dengan dua cara yakni menghafal dan atau menulisnya dalam sebuah kitab.
Diawal abad I --pasca wafat Nabi--, hadis terjaga dalam hafalan dan beberapa tulisan dari sahabat. Pada saat itu menulis hadis belum gencar dilakukan, hanya ada beberapa orang saja yang menulisnya, dan hal itu dilakukan hanya sebagai catatan pribadi. Hal ini berlangsung hingga akhir abad I Hijriah.[1]
Menyadari bahwa penulisan hadis juga sangat penting sebagai langkah untuk menjaga keaslian hadis yang pada saat itu mulai “terusik” dengan munculnya pemalsu hadis, pada tahun 101 H. ‘Umar bin ‘Abd al-‘Azi>z yang menjabat sebagai khalifah memulai babak baru dengan mengintruksikan kepada ulama pada saat itu untuk melakukan pengumpulan hadis.[2] Sehingga tercatat bahwa dialah yang memulai periode tadwi>n (masa penulisan dan pembukuan).
Setelah pembukuan resmi dilakukan. kitab-kitab hadis pun bermunculan. seperti al-Muwat}t}a’ karya Ma>lik bin A<nas (w. 179 H.), al-Maga>ziy wa al-Siya>r karya Muh}ammad bin Ish}a>q (w. 150 H.), Al-Ja>mi‘ karya al-S{an‘a>niy (w. 211 H.) serta beberapa kitab al-mus}annaf dan al-musnad.
Semakin lama penulisan hadis semakin berkembang. Disamping itu para penulis juga semakin selektif dalam menerima hadis. Mereka menetapkan kaedah-kaedah dasar dalam menilai, menerima dan atau menuliskan hadis yang diterimanya. Mereka berusaha menyaring dan membedakan hadis-hadis yang sahih, lemah dan palsu. Diantara ulama yang sangat selektif dalam menilai hadis adalah al-Bukha>riy (w.256 H.). Al-Bukha>riy berhasil mengumpulkan hadis-hadis sahih dalam kitabnya al-Ja>mi‘ al-S{ah}i>h. Usaha Al-Bukha>riy ini diikuti oleh muridnya, yaitu Muslim (w. 261 H.).
Sesudah S{ah}i>h} al-Bukha>riy dan S{ah}i>h} Muslim, bermunculan imam lain yang mengikuti jejak al-Bukha>riy dan Muslim seperti Abu Da>wud (w. 275 H>), al-Tirmiz\iy (w. 279 H.) , al-Nasa>iy (w. 303 H.) dan Ibnu Majah (w. yang masing-masing menulis kitab sunan. Karena kualitas hadis yang terdapat dalam kitab mereka, maka keenam ini digolongkan sebagai kitab induk yang kemudian dikenal dengan nama al-kutub al-sittah.[3]
Selanjutnya, karena keenam kitab ini adalah kitab induk atau kitab standar, maka otomatis menarik minat para ulama generasi setelahnya untuk mengkaji kitab tersebut, itu terbukti dengan munculnya beberapa kitab yang mensyarah hadis pada kitab-kitab tersebut seperti Fath} al-Ba>ri>, Fai>d} al-Qadir, Syarh al-Nawawiy ‘ala Muslim, Ga>yah al-Ikhtis}a>r, ‘Au>n al-Ma‘bu>d, Tuh}fah al-Ah}waz\iy dan sebagainya. Kitab-kitab tersebut merupakan penjelasan dari matan hadis yang terdapat pada kitab induk.
Selain ketertarikan menjelaskan makna hadisnya, ternyata keenam kitab ini juga menarik perhatian ulama untuk mengkaji jalur periwayatannya (sanad). Dimulai pada abad ke IV, muncul beberapa kitab at}ra>f [4] yang secara khusus mengumpulkan dan membahas jalur periwayatan kitab S{ah}i>h} al-Bukha>riy dan Muslim oleh Abu> Mas‘u>d Ibra>him bin Muh}ammad dan Khalaf bin Hamadun, kemudian pada abad V disusul oleh kitab At{ra>f al-Kutub al-Sittah karya Muh}ammad bin T{a>hir al-Qaisara>niy yang mengumpulkan jalur  al-kutub al-sittah dan pada abad ke VI muncul kitab al-Isyraf ‘ala Ma‘rifah al-At}ra>f karya Ibnu ‘Asa>kir yang mengumpulkan jalur sanad kitab empat (al-Nasa>iy, al-Tirmiz\iy, Ibnu Ma>jah dan Abu Da>wud).[5] Dan pada akhir abad VII, muncul kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f karya al-Mizziy, kitab yang mengumpulkan jalur sanad al-kutub al-sittah. Kitab yang terakhir disebutkan lebih sempurna dibandingkan dengan kitab al-at}ra>f sebelumnya karena mencakup semua jalur sanad al-kutub al-sittah dan merupakan koreksi terhadap kitab sebelumnya.  
Dalam studi hadis sejauh ini, kitab Tuh}fah al-Asyra>f memberikan memiliki kontribusi dalam penelitian terhadap hadis-hadis Nabi. Olehnya itu, perluh dilakukan penjajakan terhadap kitab ini agar mendapatkan informasi yang lebih banyak terkait kitab tersebut untuk dijadikan sebagai pedoman agar kitab ini dapat difungsikan dengan maksimal dan menambah khazanah keilmuan ditengah umat Islam khususnya peneliti hadis. 
Oleh karena itu, kajian ini akan menganalisis kitab tersebut dari segi isi, sistematika penyusunan, teknik penulisan, biografi penulisnya, serta latar historis penulisan kitab tersebut. Hal ini mengingat bahwa setiap kitab hadis masing-masing memiliki nuansa dan keragaman penyusunan berdasarkan perbedaan pendekatan, metode, dan kriteria, bahkan pada teknik penulisannya.[6]
B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, pemakalah dapat membuat rumusan masalah sebagai berikut.
1.      Bagaimana biografi penulis kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f?
2.      Bagaimana latar belakang penyusunan kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f?
3.      Bagaimana profil kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f?
4.      Bagaimana keunggulan dan keterbatasan kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f?












BAB II
PEMBAHASAN
A.  Biografi al-Mizziy
1.    Nama dan masa hidup al-Mizziy
Al-Mizziy bernama lengkap Jama>l al-Di>n Abu> al-H{ajja>j Yu>suf bin al-Zakiy ‘Abd al-Rah}ma>n al-Kalbiy al-Qad}a‘iy al-H{alabiy al-Dimsyaqiy, al-Mizziy. Tetapi ia lebih dikenal dengan nama al-Mizziy. Al-Mizziy lahir pada tanggal 10 Rabiul Akhir tahun 654 H. Ia berasal dari salah satu kabilah Arab yaitu Kalbi Qada‘iyyah. Kabilah ini adalah salah satu komunitas besar yang sudah lama bermukim  di Mizzah. Penyematan nama al-Halbiy karena dia lahir di kota Halab (Aleppo), salah satu kota di Suriah. Sedangkan al-Mizziy karena beliau tumbuh dewasa di kota Mizzah dan melakukan kegiatan belajar dan mengajar di sana. Mizzah sendiri adalah salah satu kota di Damaskus, oleh karena itu pula al-Dimsyaqiy disematkan kepadanya.[7]
Karena ketekunannya dalam menuntut ilmu, al-Mizziy termasuk salah satu ulama yang mahir dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan, meskipun ia lebih dikenal sebagai muh}addis\ yang pakar dalam aspek rija>l al-h}adi>s\. Ia mahir dalam  ilmu usul fikih, ilmu fikih, nahwu, saraf dan ilmu hadis.[8]
Al-Mizzy tergolong lambat memulai mencari dan melakukan proses sima’ hadis dari ulama-ulama hadis, ia baru memulai pada tahun 675 H. atau ketika ia berusia kurang lebih 21 tahun. Salah satu penyebabnya ialah karena orang tua dan keluarganya bukanlah ulama yang menyebabkan kurangnya nuansa keilmuan yang mendorong ia untuk mulai menekuni bidang hadis sejak masih kecil. al-S{ala>h} al-S{afdiy dan Ibnu H{{ajar al-Asqalaniy mengungkapkan bahwa seandainya ia memulai mencari hadis sejak kecil maka ia bisa saja menerima hadis dari beberapa ulama populer pada masa itu, sebut saja seperti ibnu ‘Abd al-Qa>im (w. 668 H.), Al-Karma>niy (w. 668 H.),  Ibnu Abu al-Yasar (w. 672 H.), Muh}ammad bin ‘Aliy al-Sulamiy al-Mursiy (w. 655 H.), Al-Munz\iriy (w. 656 H.), Kha>t}ib Mardan (w. 656 H.), al-Yalda>niy (W. 655 H.).Ia pertama kali mendengar hadis dari al-Mu‘ammar Zain al-Di>n Abu al-‘Abba>s Ahmad bin Abu al-Khair (w. 678).[9]
Meski demikian, hal tidak menghalangi semangat belajar al-Mizziy, sejak saat itulah ia sering melakukan rihlah ke beberapa daerah untuk menuntut ilmu kepada ulama-ulama yang ada di daerah tersebut. Diantara daerah yang pernah didatangi ialah Syam, Mekah, Madinah, Iskandariyah, Ba’labakka dan lain-lain.[10]
Al-Mizziy telah berguru kepada sekitar 1000 orang ulama hadis. Adapun guru-gurunya antara lain ialah Ah}mad bin Abi al-Khai>r, al-Irbiliy, al-Muslim bin ‘Ila>n, al-Fakhr bin al-Bukha>riy, al-Nawawiy, Syarf al-Di>n bin Quda>mah al-H{anbaliy (w. 694 H.), al-‘Izz al-H{ira>niy, Abu> Bakr bin al-Anma>t}iy, Ga>ziy bin Abu al-Fad}li> al-Hala>wiy, Abu> al-Faraj Abd al-Rah}ma>n bin Abu ‘Amr, Isma>‘i>l bin Yah}ya> al-Asqala>niy, Aliy bin Ah}mad bin al-Bukha>riy, Ah}}mad bin Syaiba>n, Muh}ammad bin ‘Abd al-Mu’min, al-S{auriy, ‘Abd al-Rah}ma>n bin Zain, ‘Abd al-Rah}i>m bin Khat{i>b al-Mizzah, dan lain-lain.[11]
Dalam proses belajarnya, ia telah mendengar dan mempelajari beberapa karya ulama seperti kutub al-sittah, berbagai jenis musnad, mu’jam al-kabi>r karya al-T{abra>niy, ta>ri>kh al-Khat}}i>b, al-Nasab karya al-Zubair, berbagai kitab sunan, al-Mustakhraj ‘Ala> Muslim, Hilyah karya Ibnu Abu Al-Khair, al-Dala>il dan lain-lain.[12]
Karena keluasan ilmunya, tidak heran jika kemudian banyak orang yang berbondong-bondong kepadanya untuk menimba ilmu pengetahuan khususnya pada bidang hadis. Al-Mizziy aktif menyampaikan hadis dan mengajarkan ilmunya selama 50 Tahun. Ia pernah menjabat sebagai pimpinan Da>r al-H{adi>s\ al-Asyrafiyah sebuah madrasah hadis di kota Damskus selama 23,5 tahun. Sehingga tercatat bahwa hampir semua muh}addis\ di Damaskus pernah menjadi muridnya, baik kalangan kiba>r maupun siga>r}. ulama sekaliber al-Z|ahabiy, al-Barzaliy dan Taqiy al-Di>n al-Subukiy pernah menimbah ilmu kepadanya.[13]
Al-Mizziy wafat di Halab (Aleppo) pada hari sabtu 12 Safar 742 H. Ada juga yang mengatakan bahwa al-Mizziy wafat pada tahun 744 H. Al-Mizzy dimakamkan di pemakaman para sufi, berdampingan dengan makam sahabatnya, Ibnu Taimiyyah.[14]
2.      Karya-karya al-Mizziy
Sebagai ulama besar pada masanya, disamping mengajarkan hadis dan ilmu hadis, al-Mizziy juga melahirkan beberapa karya ilmiah. Akan tetapi, nama kitab yang dikarang olehnya yang ditemukan oleh pemakalah hanya dua kitab yakni Tahz\i>b al-Kama>l fi Asma>’ al-Rija>l dan kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f yang keduanya berisi tentang para perawi hadis (rija>l al-h}adi>s\). Padahal al-Mizzy juga mengarang beberapa kitab mu‘jam yang lain.[15] Kedua kitab tebal dan terdiri dari beberapa jilid ini merupakan kitab yang fenomenal dan telah banyak memberi manfaat yang besar bagi para muh}addis\ sampai saat ini. Dengan kedua karya ini juga semakin menegaskan bahwa al-Mizziy adalah seorang pakar rija>l al-h}adi>s\.
3.      Apresiasi ulama terhadap al-Mizziy
Sebagai seorang ulama besar pada bidang hadis dan ilmu hadis serta besarnya pengaruhnya pada ilmu tersebut, al-Mizziy tidak lepas dari penilaian para ulama pada masanya dan setelahnya. Banyak ulama yang melontarkan komentar positif terhadapnya baik terkait keagungan perilakunya maupun keluasan ilmunya. Ibnu H{ajar mengatakan bahwa al-Mizziy adalah sosok yang memiliki akhlak yang mulia, pemalu, qana‘ah, tawaduk, menyayangi sesama, suka bergaul dan jika ditanya ia akan menjawab dengan cara yang baik. Al-Z|ahabiy (w. 748 H.) mengatakan “ tidak ada seorang pun yang lebih tahu ilmu hadis dan rija>l h}adis\ melebihi al-Mizziy, dialah muara sanad hadis” al-Z|ahabiy menambahkan bahwa al-Mizziy adalah orang yang s\iqah h}ujjah, baik dalam bertutur kata dan jika ia menyampaikan hadis di depan jama’ahnya maka mereka terheran-heran karena ia selalu mampu menyampaikan sanad dan matannya dengan benar dan mampu membenarkan jika ada yang salah dalam menyebutkan sanad hadis. al-S{ala>h} al-S{afdiy (w. 764 H.) dan Taqiy al-Di>n al-Subukiy berkata “ ia adalah imam para muh}addis\.[16]
B.   Profil Kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f
1.      Penulisan kitab Tuh}fah al-Asyra>f
Keinginan al-Mizzy untuk menulis kitab yang berbentuk mu‘jam yang berisikan nama-nama perawi, muncul setelah ia mampu menyelesaikan karyanya, Tahz\i>b al-Kama>l fi Asma>‘ al-Rija>l. Karya yang mengumpulkan hadis-hadis dalam satu kitab, bukanlah karya yang baru pada saat itu. Sebelum al-Mizziy lahir, sudah ada beberapa kitab indeks hadis seperti At}ra>f al-S{ah}i>h}ai>n karya Abu Mas‘u>d Ibra>hi>m bin Muh}ammad bin ‘Ubaid al-Dimsyaqiy (w. 440 H>), kitab At}ra>f al-S{ah}i>h}ai>n karya Khalaf bin Hamadun al-Was}i>tiy (w. 401 H.), At}ra>f al-Kutub al-Sittah karya Muh}ammad bin T{a>hir, bin Ah}mad al-Maqdisiy (w. 507 H.), dan yang terbaru adalah kitab al-Isyra>f ‘Ala Ma‘rifah al-At}ra>f  karya seorang ulama besar, Abu al-Qa>sim Aliy bin H{asan Hibatilla>h atau yang lebih dikenal dengan nama Ibnu ‘Asa>kir (w. 571 H.). Khusus nama terakhir, menggunakan metode sama seperti yang ingin ditempuh oleh al-Mizziy yaitu berbentuk mu’jam berdasarkan nama sahabat. Akan tetapi, al-Mizziy berpendapat bahwa masih banyak perawi atau jalur sanad yang terlupakan atau tidak ditulis oleh Ibnu ‘Asa>kir (Abu> al-Qa>sim: sebutan al-Mizziy terhadap Ibnu ‘Asa>kir dalam T{uh}fah) apatahlagi Ibnu ‘Asa>kir hanya mengumpulkan jalur dari empat kitab sunan (Abu Da>wud, al-Tirmiz\iy, al-Nasa>iy dan Ibnu Ma>jah) sehingga al-Mizziy merasa perluh membuat kitab mu’jam yang lebih sempurna dari apa yang ditulis oleh Ibnu ‘Asa>kir.[17]
            Dalam pengantar kitab ini, al-Mizziy menuliskan terkait dengan awal ia memulai menulis kitab tersebut dan kapan kitab itu selesai ditulis olehnya. Adapun ungkapannya yaitu sebagai berikut.
وكان الشروع فيه يوم عاشوراء سنة ستة وتسعين و ستمائة, وتم في الثالت من ربيع الآخر سنة اثنين وعشرين و سبعمائة.[18]
Artinya:
Kitab ini mulai ditulis pada tanggal 10 Muharram (‘asyu>ra>’) pada tahun 696 H. dan selesai pada tanggal 3 Rabiul Akhir tahun 722 H.
Akan tetapi terdapat dibeberapa tempat pada juz-juz yang lain yang menyebutkan tentang kapan ia (al-Mizziy) menyelesaikannya, dan dari ungkapan-ungkapannya itu tidak pernah menyebutkan tahun selesainya melewati tahun 720 H. Dari sini kemudian dipahami bahwa al-Mizziy menulis kitabnya sebanyak dua kali. Tulisan pertama pada tahun 696-720 H. adalah dalam bentuk pra kitab (muswaddah) atau tulisan percobaan yang masih akan diperbaiki penulisannya dan yang kedua pada tahun 720-722 H. adalah salinan naskah yang bersih (mubyad}d}ah) yang secara fisik nampak lebih baik dari yang pertama.[19]
Menulis kitab dengan lebih dahulu menulis sebagai percobaan untuk kemudian diperbaiki pada penulisan yang kedua kalinya memang merupakan kebiasaan al-Mizziy, sebab hal itu juga ia lakukan pada kitab T{ahzi>b al-Kama>l fi Asma>‘ al-Rija>l, berdasarkan pada keterangan al-Z|ahabiy bahwa ia pernah membaca kitab gurunya (al-Mizziy) pada saat kitab itu masih nampak seperti cetak percobaan (muswaddah) dan pernah juga membacanya ketika kitab tersebut telah menjadi sebuah naskah yang bersih (mubyad}d}ah).[20]
Setelah al-Mizziy selesai menuliskan kitabnya, banyak diantara teman-teman dan muridnya yang berinisiatif untuk menulis kembali kitab itu, setelah mereka menuliskan, mereka perlihatkan lagi kepada al-Mizziy untuk dicek dan diperiksa lalu kemudian kitab itu diajarkan dan akhirnya menyebar dikalangan muh}addis pada masa itu sehingga manfaatnya dapat dirasakan.
Kitab T{uhfah al-Asyra>f menarik minat beberapa ulama untuk menulis dan mengkaji kitab ini, sehingga ditemukan keterangan bahwa dalam perjalannya, kitab ini sudah ditulis dan dikaji oleh ulama-ulama bahkan ketika al-Mizziy masih hidup. Diantara ulama yang pernah menulis dan mengkaji kitab ini adalah al-Barza>liy (665-739 H.). Kitab yang ditulis oleh al-Mizziy yang terdiri dari 86 juz ini, ia kumpulkan dalam tujuh jilid. Kitab ini juga ditulis oleh Muh}ammad bin Ah}mad bin Tamam atau lebih dikenal dengan nama Ibnu al-Sira>j, penerus al-Mizziy pada Da>r al-H{adis\ al-Asyrafiyyah sebagai pimpinan. Catatannya itu tersimpan pada Ibnu H{ajar yang kemudian menjadi panduannya mengkaji kitab ini. Ibnu H{ajar sendiri dalam mengkaji kitab ini memberikan beberapa komentar dan penjelasan terhadap isi kitab yang ia namakan dengan al-Nakt al-Z{ura>f ‘ala> al-At}ra>f. Ibnu al-Muhandis juga menulis dalam dua jilid dan Ibnu al-Ja>syiki>r dalam tiga jilid. Ala>‘ al-Di>n Muglat}a>y (w. 762 H.) dan al-‘Ira>qiy (w. 806 H.) juga mengkaji kitab ini. Bahkan putra al-‘Ira>qiy, Waliy al-Di>n al-‘Ira>qiy telah menulis kitab mustadrak yang berjudul al-It}ra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f. Tidak ketinggalan, murid sekaligus menantu al-Mizziy, Ibnu Kas\i>r, juga pernah menulis kitab Tuh}fah al-Asyra>f.[21]
Tidak berhenti sampai disitu, saat ini penulis menemukan kitab ini dalam dua cetakan dan dengan bentuk dan isi yang berbeda yaitu tah}qi>q ‘Abd al-S{amad Syarifuddin yang dicetak oleh percetakan al-Maktab al-Isla>miy untuk kedua kalinya di Beirut. Cetakan pertama pada tahun 1960 M. dan cetakan kedua pada tahun 1983 M. Di daerah yang sama, Beirut, kitab ini juga dicetak oleh percetakan Da>r al-Garb al-Isla>miy berdasarkan tah}qiq Basya>r ‘Awwa>d Ma‘ru>f. penulis juga menemukan keterangan bahwa karya al-Mizziy ini juga terdapat diperpustakaan al-Fatih di Istanbul, Turki, yang terdiri dari empat jilid.[22] Olehnya itu pada makalah ini akan menentukan salah satu kitab yang akan menjadi kajian agar tidak terjadi kesalahpahaman.

2.      Karakteristik Kitab
Sebelum menjelaskan manhaj al-Mizziy dalam kitab Tuh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>f, penulis akan menguraikan beberapa keterangan terkait dengan kitab yang menjadi objek kajian dalam makalah ini, secara fisik kitab ini dapat digambarkan sebagai berikut.
a.       Kitab yang menjadi kajian yaitu tah}qi>q ‘Abd al-S{amad Syarifuddin yang dicetak oleh percetakan al-Maktab al-Isla>miy, Beirut, cetakan kedua, 1983 M. Penulis memilih mengkaji kitab ini padahal tahqi>q basya>r Awwa>d adalah tah}qiq yang terbaru karena kitab inilah yang berada di perpustakaan UIN Alauddin Makassar dan beredar di kalangan Mahasiswa.
b.      Kitab ini disertai dengan ta‘li>q dari Ibnu H{ajar al-Asqala>niy yang disebut al-Nukat al-Z{ura>f ‘ala al-At}ra>f.
c.       Kitab ini ditulis dalam 13 jilid.
d.      Kitab Tuh}fah al-Asyra>f mencakup beberapa pembahasan, yaitu:
1)      Tambahan dari pentah}qi>q, diantaranya:
a)      Setiap jilid kitab ini diawali dengan penjelasan-penjelasan yang cukup panjang terkait dengan keterangan terhadap kitab Tuh}fah al-Asyra>f, terkait dengan ilmu hadis dan lain-lain. Diantara pembahasan yang terdapat pada awal kitab ini antara lain ialah:
(1)   Muqaddimah pen-tah}qi>q
(2)   Penjelasan mengenai pentingnya menuntut ilmu khususnya mempelajari al-Qur’an dan hadis.
(3)   Ungkapan keprihatinan pentah}qiq terhadap pendidikan keagamaan yang nampaknya ditinggalkan.
(4)   Sekilas tentang kita T{uh}fah al-Asyra>f.
(5)   Biografi penulis
(6)   Manuskrif kitab Tuh}fah al-Asyra>f.
(7)   Fahras para perawi yang terdapat dalam kitab Tuh}fah al-Asyra>f.
(8)   Keterangan tentang kitab al-Nukat al-Z{ura>f.
(9)   Keterangan-keterangan tentang penulisan Tuh}fah al-Asyra>f oleh ulama.
(10)     Keterangan singkat kitab Tahz\i>b al-Kama>l.
(11)     Keterangan singkat tentang Ibnu ‘Abba>s, Ibnu ‘Umar, Ibnu Mas‘u>d yang dikenal sebagai abadilah dan banyak meriwayatkan hadis.
(12)     Keterangan singkat Umar bin Khat}t}a>b
(13)     Keterangan tentang sahabat yang lebih dikenal dengan kuniyahnya seperti Abu Hurairah, Abu Qatadah Abu Z|ar al-Gifa>riy dan lain-lain.
(14)     Keterangan tentang Abu> Hurairah. Diantaranya bahwa Abu Hurairah adalah salah satu sahabat yang banyak meriwayatkan hadis, tercatat 3370 yang dituliskan oleh al-Mizziy masing-masing  920 hadis pada jilid 11, 1937 pada jilid 10 dan 513 pada jilid 11.
(15)     Nama-nama tabi‘in yang banyak meriwayatkan dari Abu Hurairah. Seperti, Z|akwa>n Abu S{a>lih al-Samma>n (w. 101 H>), Sa‘i>d bin Abu Sa‘i>d al-Maqburiy (w. 117 atau 123 H.), Sa‘i>d bin Al-Musayyab al-Makhzu>miy (w. 94 atau 100 H.), Muh}ammad bin Si>ri>n (w. 110 H.), Abu Salamah bin ‘Abd al-Rah}ma>n bin ‘Au>f al-Zuhriy (w. 94 atau 104 H.) dan beberapa tabi‘in yang lain.
(16)     Keterangan tentang ‘A<isyah dan musnadnya serta perempuan-perempuan yang meriwayatkan hadis dari Nabi seperti Ummu Ha>ni’ binti Abu T{a>lib, Fat}imah binti Qays, Ummul Mukminin Maimunah dan Nasi>bah Ummu ‘At}iyyah.
(17)     Penjelasan tentang hadis mursal.
(18)     Doa husnulkhatimah.
b)      Tambahan satu kitab dari pentah}qi>q yang diberi nama al-Kasysya>f. al-Kasysya>f adalah indeks berisi daftar bab dari kitab yang menjadi rujukan kitab Tuh}fah al-Asyra>f.
c)      Footnote, berupa keterangan-keterangan dari muh}aqqiq terhadap  hadis maupun perawi yang terdapat dalam kitab.
d)      Mencantumkan penjelasan kode atau rumuz pada bagian bawah yang diantarai dengan garis datar.
e)      Mencantumkan nama sahabat dan orang yang meriwayatkan darinya pada setiap halaman di bagian atas kertas yang diantarai dengan garis datar, sebagai keterangan bahwa hadis dalam halaman itu adalah dari jalur mereka.
2)      Sedangkan pembahasan aslinya memuat beberapa hal, yaitu
a)      Muqaddimah penulis kitab Tuh}fah al-Asyra>f.
b)      Jalur periwayatan (sanad) hadis yang dimulai dari jalur Abyad} bin H{amma>l al-Humairiy al-Ma’rabiy dan diakhiri dengan Mali>kah binti ‘Amr al-Zaidiyyah al-Sa‘diyyah.
c)      Matan hadis yang berjumlah 19.626.
3.      Manhaj Penyusunan Kitab Tuh}fah al-Asyra>f.
Sebuah karya tulis tentunya memiliki metode atau sistematika dalam menyusun atau menulisnya sebagai tolak ukur kelayakan dianggap sebuah karya yang ilmiah. Kitab yang tersusun dengan metode dan sistematika yang baik akan memudahkan bagi pembacanya untuk mempelajari dan memahami isinya sehingga tujuan yang diinginkan dari penulis dapat tercapai. Tidak terkecuali al-Mizziy dalam menyusun kitab T{uh}fah al-Asyra>f, ia memiliki metode tersendiri dalam menyusun kitab tersebut sehingga sampai saat ini, kitab tersebut masih menjadi bahan bacaan dan rujukan dikalangan para peneliti Islam khususnya pada bidang hadis.
Setelah melakukan pembacaan dan penalaran terhadap kitab Tuh}fah al-Asyra>f karya al-Mizziy, pemakalah dapat menyimpulkan beberapa hal terkait dengan metode penyusunan dan pembahasannya sebagai berikut:
a.       Perawi atau jalur sanad yang dihimpun oleh al-Mizziy di dalam kitabnya adalah para perawi yang terlibat dalam al-kutub al-sittah (kitab enam) yakni kitab S{ah}i>h al-Bukha>riy, S{ah}i>h Muslim, Sunan Ibn Ma>jah, Sunan al-Nasa>iy, Sunan Abi Da>wud dan Sunan al-Tirmiz\iy, beserta tambahan terhadap al-kutub al-sittah yakni ta‘li>q al-Bukha>riy, Syama>il li al-Tirmiz\iy dan ‘Amal Yau>m wa Lailah li al-Nasa>iy.
b.      Disusun seperti Musnad, yaitu tersusun berdasarkan nama sahabat atau ra>wi a’la>.[23] Berbeda dengan Ah}mad bin H{anbal dalam Musnad-nya yang menuliskan hadis dengan matan yang lengkap, al-Mizziy dalam kitab ini hanya menulis penggalan-penggalan hadis yang sekiranya dapat mewakili bentuk lafal-lafal yang digunakan dalam al-kutub al-sittah. Karena kitab ini adalah sebagai indeks untuk merujuk kembali pada kitab al-kutub al-sittah.
c.       Untuk merujuk kepada kitab yang rujukan matan sebuah hadis, al-Mizziy memberi kode tertentu untuk masing masing kitab dan menyebutkan nama babnya. Adapun kode yang digunakan sebagaimana ia jelaskan pada mukaddimah kitabnya ialah
1)      ع = diriwayatkan oleh keenam mukharrij.
2)      خ = al-Bukhariy dalam kitab S{ah}i>h}-nya
3)      خت   = dalam ta’li>q al-Bukha>riy
4)       م = Muslim,
5)      د = Abu> Da>wud,
6)      ت = al-Tirmiz\iy dalam kitab sunan-nya
7)      تم =  al-Tirmiz\iy dalam al-Syama>>il.
8)      س = al-Nasa>iy dalam kitab sunan-nya
9)      سي= al-Nasa>iy dalam ‘Amal yaum wa Lailah
10)   ق= Abu> Da>wud dalam kitab sunan-nya.
11)  ز = tambahan al-Mizziy terhadap jalur sanad yang diabaikan atau terlupakan dari kitab-kitab al-at}ra>f sebelumnya.
12)  ك = koreksi al-Mizziy terhadap kitab Ibnu ‘Asa>kir/Abu al-Qa>sim. Huruf ini diletakkan sebelum koreksinya tersebut.
Sedangkan pada kitab yang telah ditah}qi>q, pentahqiq menuliskan nomor pasal bahkan kadang dengan nomor hadisnya.
Berikut ini adalah contoh penerapan kode yang telah dijelaskan.
حديث: بعثنا النبيُّ إلى الحُرُقات، فأدركتُ رجلاً، فقال: لا إله إلا الله... الحديث. خ في المغازي (46) عن عمرو بن محمد الناقد وفي الديات (2) عن عمرو بن زُرارةَ النيسابوريّ كلاهما عن هُشيم، عن حُصين، عنه به. م في الإيمان (40: 5) عن يعقوب الدَّورقيّ، عن هُشيم به. و(40: 4) عن أبي بكر، عن أبي خالد الأحمر و(40: 4) عن إسحاق وأبي كريب، كلاهما عن أبي معاوية كلاهما عن الأعمش، عن أبي ظَبيان به. د في الجهاد (104) عن الحسن بن عليّ وعثمان بن أبي شيبة، كلاهما عن يَعلى بن عُبيد، عن الأعمش به. س في السير (في الكبرى) عن محمد بن آدم، عن أبي معاوية به. وعن عمرو بن عليّ، عن عبد الرحمن، عن منصور بن أبي الأسود، عن حصين به. ز رواه محمد بن شُجاع بن نَبْهان المروزيُّ، عن عبد العزيز بن رُفَيع، عن أبي ظَبْيان، عن سعيد بن مالك، عن (144) أسامة بن زيد.
b.      Disusun dalam bentuk mu’jam. Nama-nama sahabat atau ra>wiy a’la> diurut berdasarkan huruf hijaiyyah, kecuali sahabat atau ra>wiy a’la> yang lebih dikenal dengan dengan kuniyah-nya maka diletakkan diakhir. Dalam menyusun kuniyah, al-Mizziy mendahulukan kuniyah abu> (laki-laki) daripada Ummu (perempuan) dan juga tetap mengurutnya berdasarkan huruf hijaiyyah. Jika seorang sahabat atau ra>wiy a’la’-nya mempunyai dua murid atau lebih, nama-nama muridnya itu juga diurut berdasarkan huruf hijaiyyah, jika murid itu juga mempunyai beberapa murid maka dilakukan hal yang sama, dan begitulah seterusnya.
Untuk mudah mengetahui ra>wi a’la dan murid-muridnya, dalam kitab yang sudah ditah}qi>q, diberi tanda masing masing, yakni nama sahabat atau ra>wi> a’la> ditulis dalam sebuah kolom, muridnya diberi tanda *, perawi selanjutnya **, perawi selanjutnya ***.
c.       Awal kutipan hadis diawali dengan kata حديث (lihat contoh  poin a)
d.      Pada setiap matan hadis akan dijelaskan jalur sanadnya sampai kepada sahabat atau ra>wiy a’la>-nya.
e.       Jika ada banyak hadis yang diriwayatkan oleh muridnya maka hadis itu disusun berdasarkan banyaknya mukharrij hadis tersebut. Misalnya satu hadis terdapat pada al-kutub al-sittah dan satu hadis lagi hanya terdapat pada kitab S{ah}i>h} Muslim dan Sunan Ibni Ma>jah saja, maka hadis yang didahulukan adalah hadis yang terdapat pada al-kutub al-sittah tersebut. Sedangkan jika masing-masing hanya terdapat pada satu kitab maka urutannya adalah 1) S{ah}i>h} al-Bukha>riy 2)S{ah}i>h} Muslim 3)Sunan Abi> Da>wud 4)Sunan al-Nasa>iy 5)Sunan al-Tirmiz\iy 5) Sunan Ibni Ma>jah.
f.        Meletakkan hadis-hadis mursal pada bagian akhir.
g.      Al-Mizziy juga terkadang memberi penjelasan singkat terkait riwayat hadis, seperti perbedaan riwayat, adanya tambahan dan sebagainya.
Contohnya:
-       حديث: إنّ المسلم لا ينجس. س في الطهارة (172: 2) عن إسحاق بن منصور، عن يحيى هو القطان، عن مسعر، عن واصل به. كذا وقع في رواية ابن السني والمحفوظ في هذا عن واصل، عن أبي وائل، عن حذيفة ح3339. وكذا (759) هو في رواية ابن حيويه وابن الأحمر وهو الصواب.
-         ....ق في الزهد (37: 6) عن نصر بن عليّ، عن خالد بن الحارث ثلاثتهم عنه به؛ وبعضهم يزيد على بعض في الحديث.
C.   Keunggulan dan Keterbatasan Kitab Tuh}fah al-Asyra>f
Pada dasarnya, kitab-kitab yang ada dengan manhaj-nya masing-masing, memiliki sisi yang dapat disebut sebagai keunggulan atau keterbatasan, yang bergantung pada sudut pandang dan berbagai latar yang melatari sebuah penilaian. Namun untuk kitab T{uh}fah al-Asyra>f, Setelah melakukan pengamatan terhadap metode yang digunakan al-Mizziy dalam menyusun kitab ini, pemakalah menemukan beberapa keunggulan dan keterbatasan.
1.      Keunggulan kitab T{uh}fah al-Asyra>f
a.       Kitab ini memuat sanad-sanad dari kitab hadis yang menjadi standar rujukan. Jika melihat posisi jumlah jalur sanad dalam kehujjahan hadis, tentunya kitab ini dapat memberi kontribusi untuk mengetahui kualitas sebuah hadis.
b.      Menyebutkan nama perawi secara lengkap, baik itu nama asli, kuniyah dan laqabnya. Hal ini akan sangat membantu bagi peneliti yang ingin meneliti biografi para perawi karena kemungkinan kesalahan nama dalam meneliti menjadi sangat kecil karena telah diketahui nama lengkapnya.
c.       Dengan kitab ini akan dengan mudah mengetahui hadis mursal karena telah dikumpul dalam satu bab tersendiri pada bagian akhir.
2.      Keterbatasan kitab T{uh}fah al-Asyra>f
a.       Keharusan mengetahui sahabat yang meriwayatkan hadis. Tanpa mengetahuinya, tujuan akan sulit tercapai.
b.      Tidak menyebutkan matan hadis secara sempurna, sehingga harus merujuk lagi pada kitab asli. Akan tetapi, ini tidak terlepas dari tujuan kitab ini, yaitu sebagai indeks hadis.
c.       Kitab ini mengganti seluruh cara penyampaian hadis diantara masing-masing perawi dengan ‘an, hingga metode penerimaannya pun tidak jelas. Hal ini memaksa peneliti untuk kembali ke kitab-kitab aslinya oleh masing-masing perawi demi melihat adanya kemungkinan tadli>s atau pertentangan antara dua riwayat.













BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.      Al-Mizziy adalah seorang ulama yang hidup pada akhir abad VII hingga awal abad VIII. Ia adalah salah satu ulama besar pada masanya, pakar dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan khususnya dalam ranah kajian hadis. Ia telah banyak memberi kontribusi dalam dunia pendidikan keagamaan. Ulama-ulama yang hidup di masanya pun banyak belajar darinya dan mereka mengakui dan memuji keunggulan al-Mizziy, baik ilmu maupun perilakunya.
2.      Al-Mizziy menulis kitab Tuh}fah al-Asyra>f sebagai salah satu bentuk perhatiannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.
3.      Profil kitabTuh}fah al-Asyra>f dapat dikelompokkan dalam dua bagian besar, yaitu karakteristik kitab dan manhaj penyusunannya. Karakteristik kitab meliputi tambahan pentahqiq (penyeleksi) dan karya asli dari al-Mizziy.
Dari segi isi, Tuh}fah al-Asyra>f merupakan kitab yang baik untuk dijadikan sebagai kitab pedoman dalam melakukan penelitian terhadap hadis karena memuat jalur-jalur al-kutub al-sittah. Cara menggunakannya juga mudah karena jalur sanad yang terdapat pada kitab ini tersusun dengan sangat sistematis berdasarkan nama sahabat yang diurut sesuai huruf hijaiyah.
4.      keunggulan kitab ini ialah dari metode penyusunannya yang memudahkan untuk menggunakannya, sedangkan keterbatasannya ialah keharusan mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadis dan perubahan s}igat tah}ammul wa al-ada>’-nya.


DAFTAR PUSTAKA
~~Al-Asqala>niy, Ibnu H{ajar. Al-Durur al-Ka>minah fi A‘ya>n al-Mi’ah. t. dt.
Bardiy, Ibnu Tagriy. Al-Minhal al-S{a>fiy wa al-Mustawfa> ba‘da al-Wa>fiy, t. dt.
Ibnu ‘Abd al-Qa>dir Abu Muh}ammad Mahdiy, T{uruq Takhri>j H{adi>s Rasulillah S{allallah ‘alaih wa Sallam, diterj. Oleh Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar. Cet. I; Semarang: Dina Utama Semarang, 1994.
Jama>l al-Di>n Abu> al-H{ajja>j Yu>suf bin al-Zakiy ‘Abd al-Rah}ma>n al-H{alabiy al-Dimsyaqiy, al-Mizziy, Tahz\i>b al-Kama>l li al-Mizziy: Muqaddimah pentahqiq, ditahqiq oleh Basya>r ‘Awwa>d Ma‘ru>f. Cet. IV; Ja>mi‘ah Bagda>d: Muassisah al-Risa>lah, 1985.
Kah}a>lah,‘Umar Rid}a>. Mu’jam muallifi>n, t. dt.
Midong,Baso. Ilmu Hadis: Pengantar Memahami Hadis Nabi saw. Makassar: Alauddin press, 2010.
Sa>lim, ‘Amr ‘Abd Mun‘im. Taisir Mus}t}alah} al-H{adi>s\ li al-Mubtadi’i>n. Mesir: Da>r al-Diya>’, 2000.
Solahuddin, Agus dan Suyad,i Agus. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Al-Subukiy, ‘Abd al-Wahab bin ‘Aliy. T{abaqa>t al-Sya>fi‘iyyah al-Kubra>, t. dt.
Al-Sula>miy, Ibnu Ra>fi‘. Al-Wafaya>t, t. dt.
Suryadilaga,Alfatih. Studi Kitab Hadis. Cet. I; Yogyakarta: Teras, 2003.
Syauka>niy. Muh}ammad bin’Aliy. Al-Badr al-T{a>li‘ bi Mah}a>sin man Ba‘da al-Qarni al-Sa>bi‘. t. dt.
Syuhbah, Ibnu Qa>d}iy. T{abaqa>t al-Sya>fi‘iyyah. t. dt.
Al-Z|ahabiy, Muh}ammad bin Ah}mad. Al-‘Ibr fi Khabr man Gabar. t. dt.
­-------,Taz\kirah al-H{uffa>z}. India: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabiy, t. th.        
-------,Ta>ri>kh al-Isla>m li al-Z|ahabiy, t. dt.
Al-Zarkaliy, Khai>r al-Di>n. al-A‘la>m li al-Zarkaliy. Beirut: Da>r al-‘Ilm li al-Mula>yi>n, t. th.



[1]Lihat: Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, Ulumul Hadis (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 38.
[2]Baso Midong, Ilmu Hadis: Pengantar Memahami Hadis Nabi saw (Makassar: Alauddin press, 2010), h. 55.
[3]Agus Solahuddin dan Agus Suyadi, op. cit, h. 43.
[4]Kitab at}ra>f adalah salah satu jenis kitab yang disusun sebagai kumpulan hadis-hadis Nabi. Yang dimaksud dengan jenis at}ra>f ini adalah kumpulan hadis-hadis dari beberapa kitab induknya dengan cara mencantumkan bagian atau potongan-potongan hadis yang diriwayatkan oleh setiap sahabat. Penyusunannya hanyalah menyebutkan beberapa kata atau pengertian yang menurutnya dapat dipahami hadis yang dimaksud. Sedangkan sanad-sanadnya terkadang ada yang menuliskan selengkapnya dan ada pula yang menuliskan sebagiannya saja. Hal ini bermaksud agar dapat dijadikan studi komparatif sanad dan memperjelas seluk beluk sanadnya. Lihat: Abu Muh}ammad Mahdiy bin ‘Abd al-Qa>dir, T{uruq Takhri>j H{adi>s Rasulillah S{allallah ‘alaih wa Sallam, diterj. Oleh Agil Husin Munawwar dan Ahmad Rifqi Muchtar (Cet. I; Semarang: Dina Utama Semarang, 1994), h. 79.
[5]Lihat: Ibid, h. 81.
[6]Alfatih Suryadilaga [ed.], Studi Kitab Hadis (Cet. I; Yogyakarta: Teras, 2003), h. xiii.
[7]Lihat: Ibnu Qa>d}iy Syuhbah, T{abaqa>t al-Sya>fi‘iyyah (t. dt.), h. 153, Khai>r al-Di>n al-Zarkaliy, al-A‘la>m li al-Zarkaliy, juz VIII (Beirut: Da>r al-‘Ilm li al-Mula>yi>n, t. th.), h. 236,  Muh}ammad bin Ah}mad al-Z|ahabiy, al-‘Ibr fi Khabr man Gabar (t. dt), h. 302.
[8]Ibnu H{ajar al-Asqala>niy, al-Durur al-Ka>minah fi A‘ya>n al-Mi’ah, juz II (t. dt), h. 178. Selanjutnya disebut al-Asqala>niy.
[9]Jama>l al-Di>n Abu> al-H{ajja>j Yu>suf bin al-Zakiy ‘Abd al-Rah}ma>n al-H{alabiy al-Damasyqiy, al-Mizziy, Tahz\i>b al-Kama>l li al-Mizziy: Muqaddimah pentahqiq, ditahqiq oleh Basya>r ‘Awwa>d Ma‘ru>f, juz I (Cet. IV; Ja>mi‘ah Bagda>d: Muassisah al-Risa>lah, 1985), h. 14-15. Selanjutnya disebut al-Mizziy.
[10]Muh}ammad bin ~~’Aliy al-Syauka>niy, al-Badr al-T{a>li‘ bi Mah}a>sin man Ba‘da al-Qarni al-Sa>bi‘, juz II (t. dt), h. 343.
[11]Ibnu Tagriy Bardiy, al-Minhal al-S{a>fiy wa al-Mustawfa> ba‘da al-Wa>fiy, (t. dt.), h. 43, Ibnu Ra>fi‘ al-Sula>miy, al-Wafaya>t ( t. dt), h. 37 dan Muh}ammad bin Ah}mad al-Z|ahabiy, Taz\kirah al-H{uffa>z}, juz IV (India: Da>r Ih}ya>’ al-Tura>s\ al-‘Arabiy, t. th.), h. 1498.   
[12]Al-Asqala>niy, op. cit. h. 178.
[13]Syuhbah, op. cit. h. 153 dan ‘Abd al-Wahab bin ‘Aliy al-Subukiy dan T{abaqa>t al-Sya>fi‘iyyah al-Kubra>, juz X (t. dt.), h. 196.
[14]Syuhbah, op. cit. h. 153, dan al-Z|ahabiy, Taz\kirah, op. cit. h. 1498.
[15]‘Umar Rid}a> Kah}a>lah, Mu’jam muallifi>n, juz III (t. dt), h. 308.
[16]Lihat: al-Asqala>niy, al-Durur Ka>minah, loc. cit dan dan al-Z|ahabiy, Taz\kirah Al-H{uffa>z}, loc. cit.
[17]Al-Mizziy, T{uh}fah al-Asyra>f bi ma‘rifah al-At}ra>f, juz I (Cet. II; Beirut: Da>r al-Isla>miy, 1983), h. 5.
[18]Ibid. h. 6.
[19]Basya>r ‘Awwa>d Ma‘ru>f, T{uh}fah al-Asyra>f bi Ma‘rifah al-At}ra>>f: Muqaddimah Muhaqqiq (Cet. I; Beirut: Da>r al-Garb al-Isla>miy, 1999), h. 12.
[20]Al-Z|ahabiy, Ta>ri>kh al-Isla>m li al-Z|ahabiy, juz I (t. dt.), h. 1.
[21]‘Abd S{amad Syarf, Muqaddimah al-Muh}aqqiq li al-At}ra>f, h. 10.
[22]Ibid. h. 13.
[23]Lihat: ‘Amr ‘Abd Mun‘im Sa>lim, Taisir Mus}t}alah} al-H{adi>s\ li al-Mubtadi’i>n (Mesir: Da>r al-Diya>’, 2000), h. 29.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar