Kamis, 26 Desember 2013

Makalah Irwaul ghalil

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muhammad Na>s}iruddi>n al-Alba>ni> dalam makalah ini selanjutnya di sebut al-Alba>ni>, merupakan salah seorang pakar hadis kontemporer. Ahli hadis ini di lahirkan di kota Shkodera (Ashqadar).
Al-Alba>ni> dikenal sebagai salah seorang ulama yang sangat produktif dalam melahirkan berbagai karya yang berhubungan dengan masalah keislaman dan karya yang berhubungan dengan kehidupan keagamaan umat Islam. al-Alba>ni> dikenal dengan kemampuaanya mencermati berbagai masalah dengan baik berbagai nash lalu menuangkannya dalam bentuk karya ilmiah.
Karyanya yang terlahir ini, yaitu kitab yang akan di kaji oleh pemakalah sendiri yaitu kitab Irwa> al-Gali>l fi> Takhri>j Ah}a>di>s\ Mana>r al-Sabi>l merupakan sebuah karya yang mendapat sambutan yang sangat baik. Sambutan tersebut bukan dari di kalangan ulama saja tetapi juga di kalangan pecinta ilmu yang memerlukan rujukan dalam Ibadah khususnya mengenai hadis-hadis yang berkaitan dengan masalah Fiqih atau senjata dalam berdakwah. Kitab ini mengupas tuntas hadis-hadis yang ada di kitab Mana>r al-Sabi>l dengan mentakhrij hadis baik Da’if ataupun S}ah}i>h} dengan pendekatan yang sangat simple dan mudah di pahami.






B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang pemakalah paparkan di atas, maka permasalahan pokok yang akan dikaji dapat diklasifikasi dalam beberapa rumusan, yaitu:
1.      Bagaimana Profil dari pengarang kitab Irwa> al-Gali>l fi> Takhri>j Ah}a>di>s\ Mana>r al-Sabi>l ?
2.      Bagaimana latar belakang penyusunan kitab Irwa> al-Gali>l fi> Takhri>j Ah}a>di>s\ Mana>r al-Sabi>l ?
3.      Apakah metode yang digunakan? dan apa kelebihan kitab Irwa> al-Gali>l fi> Takhri>j Ah}a>di>s\ Mana>r al-Sabi>l ?

















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Biografi Syeikh Muhammad Nashiruddin al Bani
1.    Biodata Syeikh Muhammad Na>s}ir al-Di>n al Ba>ni
Nama lengkapnya adalah Syaikh Muhammad Na>s}ir al-Di>n bin al-Ha>j Nu>h al-Alba>ni.[1] nama kunyahnya adalah Abu Abdurrahman (anak pertamanya bernama Abdurrahman) dan akrab di telinga umat Islam dengan nama Syaikh al-Albani, sedangkan al-Albani sendiri adalah penyandaran terhadap negara asalnya yaitu Albania.
Syaikh al-Albani dilahirkan pada tahun 1914 M / 1333 H di Kota Asyqudarrah Albaniyah sebuah distrik pemerintahan di Albania, dan wafat 1 Oktober 1999/ 21 Jumadil Akhir 1420 H. Perlu diketahui bahwa Albania pada masa itu masih termasuk negara yang menerapkan undang-undang Islam, sebagai mana halnya ketika daerah itu masih menjadi bagian dari kekuasaan Kesultanan Ottoman meskipun kemudian merdeka setelah kesultanan Ottoman mengalami masa kemundurannya. Ayahnya adalah seorang ulama di sana, yaitu al-Ha>j Nuh al-Najati (Haji Nuh, nama lengkapnya: Nuh bin Adam al-Najati al-Albani). Haji Nuh adalah salah satu pemuka Mazhab Hanafi di Albania dan begitu ahli di bidang ilmu syar'i yang didalaminya di Istanbul, Ibukota Kesultanan Ottoman.
Syaikh al-Albani tumbuh besar dan memulai lembaran-lembaran hidupnya di kota ini, latar belakangnya adalah berasal dari keluarga yang miskin, meskipun begitu pendidikan agama tetap menjadi acuan utama dalam kehidupan keluarganya. Oleh ayahnya, al-Albani kecil dimasukkan ke sebuah sekolah setingkat SD (sekolah dasar), yaitu al-Is’af al-Khairiyah al-Ibtida>iyah di Damaskus, lalu ayahnya memindahkannya ke sekolah lain. Di sekolah keduanya inilah ia selesaikan pendidikan dasar formalnya. Ayahnya tak memasukkan dirinya ke sekolah tingkat lanjutan, karena Haji Nuh memandang bahwa sekolah akademik dengan kurikulum formal ternyata tidak memberikan manfaat yang besar selain sekadar mengajari seorang anak belajar membaca, menulis, dan pendidikan wawasan serta akhlak yang sangat rendah mutunya. Namun bukan ternyata tak sampai di sini saja, demi program pendidikan yang lebih kuat dan terarah, ayahnya pun membuatkan kurikulum untuknya yang lebih fokus. Melalui kurikulum tersebut, Syeikh al-Alba>ni mulai belajar al-Qur'an dan tajwidnya, ilmu sharaf, dan fiqih melalui mazhab Hanafi, karena ayahnya adalah ulama mazhab tersebut. Selain belajar melalui ayahnya, tak luput pula Syeikh al-Albani belajar dari ulama-ulama di daerahnya. Syaikh al-Alba>ni pun mulai mempelajari buku Mara>qi al-fala>h, beberapa buku Hadis, dan ilmu balagah dari gurunya, Syeikh Sa’id al-Burha>ni. Selain itu, ada beberapa cabang ilmu yang lain yang dipelajarinya dari Imam Abdul Fattah, Syeikh Taufiq al-Barzah, dan lain-lain.[2]
2.    Guru-gurunya
Al-Ha>j Nuh bin Adam al-Alba>ni (ayahnya, seorang ulama Albania), Syeikh Sa’id al-Burha>ni, Syaikh Muhammad Raghib al-Thabbakh, Syeikh Taufiq al-Barzah, Syeikh Muhammad Bahjat al-Baitar.
3.    Murid-muridnya
Dia memiliki beberapa murid diantaranya adalah Syeikh Ali bin Hassan al-Halabi, Syeikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Salman, Syeikh Salim bin Ied al-Hilaly. Syeikh Dr. Muhammad bin Musa Alu Nas}r, dan lain-lain.
4.    Peranannya dan Karyanya
Tercatat kurang lebih 200 karya mulai dari ukuran satu jilid kecil, besar, hingga yang berjilid-jilid, baik yang berbentuk karya tulis pena, takhrij (koreksi hadits) pada karya orang lain, buku khusus takhrij hadits.[3] Maupun tahqiq (penelitian atas kitab tertentu dari segala macam sisinya), lalu dituangkan dalam catatan kaki dalam kitab tersebut. Sebagiannya telah lengkap, sebagiannya lagi belum sempurna (karena wafat), dan sebagiannya lagi sudah sempurna namun masih dalam bentuk manuskrip (belum dicetak dan diterbitkan). Beberapa di antaranya yang paling populer serta monumental adalah :
1.     Silsilah al-Aha>di>s\ al-S}ahi>h} wa Syai’ min Fiqiha> wa Fawa>’idiha> (9 jilid), karya ini berisikan studi ilmiah terhadap hadits-hadits Nabi untuk dinyatakan shahih sesuai dengan kaidah musthalah hadits yang telah disepakati ulama ahli hadits sepanjang zaman. Berdasarkan penomoran terakhir dari kitab itu, jumlah hadits yang tertera adalah 4.035 buah.
2.     Silsilah al-Aha>di>s\ al-Da’ifah wa al-Maudu>’ah wa As\a>ruha> al-Sai’ fi al-Ummah (14 jilid), karya ini berisikan studi ilmiah atas hadis-hadis untuk dinyatakan lemah atau palsu sesuai dengan kaidah musthalah hadis yang telah disepakati ulama ahli hadits sepanjang zaman. Rata-rata setiap jilidnya berisikan 500 buah hadis.
3.     Irwa> al-Gali>l fi> Takhri>j Ah}a>di>s\ Mana>r al-Sabi>l (9jilid), kitab ini berisikan takhrij (studi ilmiah) atas hadis-hadis dalam kitab Manarus Sabil. Berdasarkan penomoran hadis di jilid terakhir, jumlah hadisnya sebanyak 2.707 buah.
4.     S}ah}i>h} wa Da’i>f Jami’ al-S{agi>r wa Ziya>dat}ihi>, kedua kitab ini berisikan hadis-hadis yang dikumpulkan al-Suyut}i lalu Syaikh al-Alba>ni> memberikan keterangan hukum pada setiap hadis dengan hukum yang sesuai, apakah s}ah}i>h} ataukah da’i>f. Tercatat, yang sahih berjumlah 8.202 hadis dan yang tidak shahih berjumlah 6.452 hadits.
5.     S}ah}i>h} Sunan Abi> Da>ud dan Dai>f Sunan Abi Dau>d, kedua kitab ini berisikan hadits-hadits yang dikumpulkan oleh Imam Abi Daud lalu Syaikh al-Albani memberikan keterangan hukum pada setiap hadits dengan hukum yang sesuai, apakah sahih ataukah daif atau yang lainnya, dengan total jumlah hadis sebanyak 5.274 buah.
6.     S}ah}i>h} Sunan al-Tirmiz\i> dan Dai>f Sunan al-Tirmiz\i>, kedua kitab ini berisikan hadis-hadis yang dikumpulkan oleh Imam Tirmiz\i> lalu Syaikh al-Albani memberikan keterangan hukum pada setiap hadis dengan hukum yang sesuai, apakah s}ahi>h} ataukah dai>f atau yang lainnya, dengan total jumlah hadis sebanyak 3.956 buah.
7.     S}ahi>h} Sunan al-Nasa>’i dan Dai>f Sunan al-Nasa>’i, kedua kitab ini berisikan hadis-hadis yang dikumpulkan oleh Imam Nasai lalu Syaikh al-Albani memberikan keterangan hukum pada setiap hadits dengan hukum yang sesuai, apakah sahih ataukah daif atau yang lainnya, dengan total jumlah hadis sebanyak 5.774 buah.
8.     S}ahi>h} Sunan Ibnu Ma>jah dan Dai>f Sunan Ibnu Ma>jah, kedua kitab ini berisikan hadits-hadits yang dikumpulkan oleh Imam Ibnu Majah lalu Syaikh al-Albani memberikan keterangan hukum pada setiap hadits dengan hukum yang sesuai, apakah saih ataukah daif atau yang lainnya, dengan total jumlah hadis sebanyak 4.341 buah.
Hukum pada setiap hadis dengan hukum yang sesuai, apakah s}ah}i>h} ataukah dai>f atau yang lainnya, dengan total jumlah hadis sebanyak 4.341 buah. Dan masih banyak lagi yang lainnya, seperti misalnya (yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia).

1.     Adab al-Zifa>f fi> al-Sunnah} Mut}aharah,
2.     Ahka>mul Jana>iz\,
3.     Irwa>ul Gali>l fi> Takhri>j Aha>dis} Mana>r al-Sabi>l,
4.     Tama>mul Minnah} fi> Ta’li>q ‘Ala> Fiqh Sunnah,
5.     Sifat salat Nabi shallahu’alaihi wasallam minal al-Takbi>r ila al-Tasli>m kaannaka tara>ha (berisi tuntunan-tuntunan dalam melaksanakan salat sebagaimana yang tertera dalam hadis Nabi),
6.     S}ah}i>h} al-Targi>b wa al-Tarh}i>b,
7.     Da’i>f al-Targi>b wa al-Tarhi>b,
8.     Fitnatu al-Takfi>r (kitab ini memuat hadis-hadis dan penjelasan ulama besar masa lampau tentang bahaya dari mudah/gegabah dalam mengkafirkan seseorang),
9.     Jilba>b al-Mar’atul Muslimah,
10. Qis}s}as}ah} al-Ma>si>h al-Dajjal wa al-Nuz\ul Isa ‘alaihis sala>m wa qat}luhu iyyahu fi> ahiri> Zama>n (kitab ini memuat hadis yang berbentuk riwayat-riwayat kabar tentang kedatangan Dajjal dan turunnya Nabi Isa di akhir zaman),
11. Dan lain-lain.

Semua ini adalah sebuah realisasi proyek besar Syaikh al-Albani yang disebutnya dengan "Taqribu al-Sunnah} Baina Yadai> al-Ummah" (Mendekatkan Sunnah Kehadapan Ummat), tujuannya adalah memudahkan ummat secara umum untuk mengambil hadis Nabi yang sahih secara instan tanpa harus kepayahan untuk mempelajarinya terlebih dahulu. Agar ummat lebih akrab dengan hadis Nabi yang shahih dan lebih mudah untuk mendapatkannya, namun di sisi lain Syaikh al-bani pun juga menuliskan kitab yang berisikan kaidah-kaidah ilmu hadis yang sudah disepakati oleh para ulama ahlul hadis sepanjang zaman, tentunya ini adalah bagi mereka yang tertarik juga untuk mempelajari ilmu hadis.
5.    Komentar Ulama terhadap Syaikh al-Albani
1.      Syaikh Muhammad bin Ibrahim alu-Syaikh berkata: "Ia adalah ulama ahli sunnah yang senantiasa membela al-Haq dan menyerang ahli kebatilan."
2.      Syaikh Abdul Azis bin Baz berkata: "Aku belum pernah melihat di kolong langit pada saat ini orang yang alim dalam ilmu hadits seperti al-'Allamah Muhammad Nashiruddin al-Albani.” Saat Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya tentang hadis Rasulullah shallahu’alaihi wasallam: "Sesungguhnya Allah akan membangkitkan dari umat ini setiap awal seratus tahun seorang mujaddid yang akan mengembalikan kemurnian agama ini", beliau (Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz) pun ditanya siapakah mujaddid abad ini. Beliau menjawab: "Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani, beliaulah mujaddid abad ini dalam pandanganku (menurutku), dan Allah lebih mengetahui (tentang hal ini).[4]
3.      Syaikh Muhammad bin S{alih al-Us\aimin berkata: "Beliau adalah alim (orang berilmu) yang memilki ilmu yang sangat luas dalam bidang hadits baik dari sisi riwayat maupun dirayat, seorang ulama yang memilki penelitian yang dalam dan hujjah yang kuat.[5]

B. Mengenal Kitab Irwa>ul Gali>l fi> Takhri>j Aha>dis} Mana>r al-Sabi>l
1.    Latar Belakang Penulisan Kitab
Penerbit di kitab ini mengatakan bahwa ide pembuatan buku ini pada awalnya hanya untuk mengumpulkan kumpulan hadis yang ada pada para Ulama yang ada di negerinya, yaitu Damaskus. Di antaranya adalah Syeikh Muh}ammad Bahjat Al Bait}a>r, Syeikh Mus}t\afa> al-Siba>i>, dan usta>z\ ‘is}a>m al-at}a>r.
Akan tetapi, setelah buku Mana>r al-sabi>l di cetak penerbit dan penulis beserta para ulama dalam kitab ini (irwaul ghalil ) segera merubah rencana untuk menggabungkan hadis-hadis yang ada di dalamnya, dan inilah yang membingunkan mereka, karena melihat perlunya untuk mentakhrij hadis-hadis yang ada di kitab itu. Kemudian diadakanlah pertemuan dengan Syeikh Qa>sim al-Darwi>s. Usta>z\ ‘Is}a>m pun segera mengutuskan rencana ini ia mengatakan bahwa  Syeikh Ibnu Ma>ni’ pun berpendapat demikian, jika hadis-hadis yang ada di dalam kitab Mana>r al-Sabi>l telah selesai di takhrij. Kitab irwaul Galil ini> di cetak pada tahun 1985 M/ 1405 H di Beirut.[6]
Dari sinilah kemudian tercapai kesepakatan yang selanjutnya penerbit menyampaikan kepada Syeikh Muhammad Na>s}ir al-Din al-Alba>ni> yang di sambut baik olehnya. Sejak itulah di mulai pekerjaan ini, walaupun memakan waktu yang sangat panjang  karena pekerjaan ini pula al-Alba>ni> banyak meninggalkan tempat kerjanya. Dengan petunjuk Allah akhirnya di gabunglah kitab Mana>r al-Sabi>l fi> Syarhi al-Dali>l dengan kitab al-Irwa> dalam cetakan ini dengan penjelasan ysng sangat terperinci dengan daftar isi hadis-hadis secara alfabetis penjelasan tentang kedudukannya, nomornya, halaman yang di dalamnya terdapat hadis-hadis dari kitab al-irwa> atau Mana>r dan daftar isi pengetahuan umum.
Kemudian ada beberapa perkara yang mendorong al-Alba>ni mentakhrij hadis-hadis dalam buku ini. Yang terpenting diantaranya adalah :
1.      Kitab Mana>r al-Sabi>l adalah termasuk salah satu kitab utama bagi mazhab imam Ahmad. Ia di juluki dengan imam al-Sunah, karena ia dapat menghafal hadis-hadis yang sangat banyak dan telah selesai menulis kitab fiqih yang besarnya sama dengan kitab Mana>r al-Sabi>l ini.[7]
2.      Sebelumnya belum terdapat satu kitab pun bagi para penuntut ilmu yang mentakhrij hadis-hadis yang ada dalam kitab fiqih Hambali, sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab fiqih mazhab lain. Seperti kitab Nas}bu al-Ra>yah li aha>di>s\ al- Hida>yah yang telah mentakhrij hadis-hadis dalam kitab fiqih Hanafi karangan al-Ha>fiz Jama>l al-Di>n al- Zaila’i>, dan kitab Talkhi>s} ibnu Hajar al-‘Asqala>ni> karena itulah al-Alba>ni> merasa berkewajiban untuk mentakhrij hadis-hadis yang ada dalam kitab fiqih Hambali, sebab sudah menjadi kewajibannya untuk berkhidmat kepada mazhab dan fiqih menurut pendapat beliau.
3.      Dengan mentakhrij hadis-hadis yang ada dalam kitab ini, al-Albani berharap dapat membantu para penuntut ilmu fiqih pada umumnya dan yang mendalami fiqih hambali pada khususnya, sebab mereka adalah orang-orang yang paling dekat dengan sunnah dan satu visi dengan kami dalam membebaskan pemikiran (ilmu), yang saat ini di kenal dengan istilah “ fiqih al-Muqa>rim “ yaitu ilmu yang saat ini diajarkan pada jurusan syariah. Sesungguhnya salah satu dari hak ilmu ini adalah dengan tidak menggunakan hadis yang Da’i>f  dalam berhujjah. Dengan sikap demikian, tentunya member pengaruh negativ bagi para pelajar, sehingga mereka dapat dengan jelas membedakan mana pendapat yang benar antara pendapat yang satu dengan pendapat lain. Setelah itu, yang terjadi adalah rusaknya keyakinan dan sepertinya kebenaran itu sangat banyak, bahkan seakan-akan ada yang mengatakan “ Sesungguhnya pendapat-pendapat ini, semuanya syariat Allah” Sehingga mereka pun tidak ragu untuk berpegang teguh dengan hadis batil yang mengatakan “ Perbedaan pendapat di antara umatku adalah rahmat “.[8] Maka wajar terjadi fanatisme mazhab diantara mereka, bahkan terkadang ia menjadi guru bagi dirinya sendiri, men-tarjih dan membenar-benarkan pendapat-pendapat yang sesuai dengan mazhabnya sendiri dan berargumen dengan hadis-hadis yang Da’i>f untuk mempertahankan mazhabnya sedangkan dia tidak tahu bahwa hadis yang di gunakan adalah hadis Da’i>f menurut para ulama hadis.
4.      Dengan adanya usaha men-takhrij hadis seperti ini, berarti kita telah menutup jalan orang-orang yang suka membuat bid’ah yang menyesatkan, yaitu orang-orang yang memerangi hadis-hadis Rasulullah Saw dan dan mengingkari berhujjah dengan sunnah, serta memproklamirkan bahwa sesungguhnya Islam hanyalah dengan Al-Qur’an. Di sebagian Negara mereka menamakan dirinya dengan “Al-Qur’aniyyin ” sedangkan mereka sedikitpun tidak mencerminkan sebagai pengikut ajaran Al-Qur’an.
2.    Metode Penulisan Kitab
Adapun metode yang di pakai Syeikh Muhammad Na>s}ir al-Din al-Alba>ni  dalam Mentahrij hadis dalam kitab ini adalah yaitu metode Berdasarkan status hadis.[9] Metode ini sangat membantu sekali dalam proses pencarian hadis berdasarkan statusnya seperti yang terperinci dalam kitab ini dengan daftar isi hadis-hadis secara alfabetis penjelasan tentang kedudukannya, nomornya, sehingga kita mudah memahami hadis-hadis yang sudah di tahkrij.
3.    Contoh Takhrij Hadis yang diutamakan dalam kitab ini
(حديث: "كل أمر ذي بال لا يبدأ فيه ب‍بسم الله الرحمن الرحيم فهو أبتر". رواه الخطيب، والحافظ عبد القادر الرهاوي 5
  Hadis ini Da’i>f. al-Sabaki> telah meriwayatkan dalam kitabnya T{abaqa>t al- Sya>fi’iyah al-Kubra> (1/6) dari jalan al- Ha>fiz al- Raha>wi dengan sanadnya sendiri dari Ahmad bin Muhammad bin ‘imran. Muhammad bin S}alih mengatakan kepada kami hadis tersebut, Ubaid bin Abdul Wahid bin Syuraikh mengatakan kepada kami dari , Ya’qub bin ka’ab al- Ant}aqi mengatakan kepada kami, Mubasyir bin Ismail mengatakan kepada kami dan Auza’i, dari Zuhri>, dari Abu Salamah dari Abu Hurairah yang di riwayatkan secara marfu’ dengan lafaz  seperti diatas. Hanya saja ia mengatakan, Fahua Aqt}a’u (maka amalan itu terputus).
Saya katakana sanad hadis ini sangat Da’i>f, yang merusaknya adalah Ibnu Imran. Ia di kenal dengan nama Ibnu Jundi.
Al-Hafiz telah menuliskan tentang kehidupannya dalam kehidupannya dalam kitab al-T{a>riq (5/77), “Dia adalah orang yang da’i>f dalam riwayatnya dan orang yang tercela dalam mazhabnya.
Hadis ini juga di riwayatkan oleh al- Syabaki> dari jalur Kharijah bin Mus}’ab, dari Auza’I, dengan lafaz yang sama. Hanya saja ia mengatakan “Dengan mengucapkan” Alhamdulillah bukan Bismillahirrahmanirrahim” Kharijah sebagaimana di katakana al-Ha>fiz adalah orang yang matruk, ia pernah mentadliskan hadis dari para pembohong dikatakan pula bahwa Ibnu Mu’in tidak pernah mempercayainya.
Perlu diingat bahwa penulis mencantumkan ini dari al-Khatib seperti yang dilakukan oleh al-Manawi dalam kitabnya al-Faid dan dikatakan bahwa terdapat juga dalam kitabnya al-T{arikh. Akan tetapi saya tidak melihat hadis ini dalam Tarikhnya.[10]
(حديث عمر " هذا جبريل أتاكم يعلمكم دينكم ")
Hadis ini S}ahih berasal dari hadis Abu Hurairah , Umar, Ibnu Abbas, dan Abu Dzar.
Adapun hadis dari Abu Hurairah adalah ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW pada suatu hari berada bersama para sahabat, kemudian datang kepadanya seseorang dan bertanya.
" كان النبي صلى الله عليه وآله وسلم بارزا يوما للناس فأتاه رجل فقال: ما الإيمان؟ قال: الإيمان أن تؤمن بالله وملائكته وبلقائه ورسله وتؤمن بالبعث , قال: ما الإسلام؟ قال: الإسلام أن تعبد الله ولا تشرك , وتقيم الصلاة , وتؤدي الزكاة المفروضة , وتصوم رمضان , قال: ما الإحسان؟ قال أن تعبد الله كأنك تراه , فإن لم تكن تراه فإنه يراك , قال: متى الساعة؟ قال: ما المسؤول عنها بأعلم من السائل , وسأخبرك عن عن أشراطها: إذا ولدت الأمة ربها , وإذا تطاول رعاة الإبل البهم في البنيان , في خمس لا يعلمهن إلا الله , ثم تلا النبي صلى الله عليه وآله وسلم: * (إن الله عنده علم الساعة) * الآية , ثم أدبر , فقال: ردوه , فلم يروا شيئا , فقال: هذا جبريل جاء يعلم الناس دينهم , وفي رواية: هذا جبريل أراد أن تعلموا إذ لم تسألوا ".[11]
رواه البخاري (1/21) والسياق له , ومسلم (1/30) والرواية الثانية له وابن ماجه (رقم 64) , وأحمد (2/426) , ورواه النسائي (2/266) من حديث أبي هريرة
Abu dz\ar dengan lafaz :
" كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يجلس بين ظهراني أصحابه , فيجيء الغريب فلا يدرى أيهم هو حتى يسأل , فطلبنا إلى رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم أن نجعل له مجلسا يعرفه الغريب إذا أتاه , فبنينا له دكانا من طين , كان يجلس عليه , وإنا لجلوس ورسول الله صلى الله عليه وسلم في مجلسه , إذ أقبل رجل أحسن الناس وجها , وأطيب الناس ريحا , كأن ثيابه لم يمسها دنس , حتى سلم في طرف البساط , فقال: السلام عليك يا محمد , فرد عليه السلام , قال: أأدنو يا محمد؟ قال: ادنه , فما زال يقول: أأدنو مرارا , ويقول له: ادن , حتى وضع يده على ركبتي رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم , قال: يا محمد أخبرني. الحديث " وسنده صحيح.
Sedangkan dari ‘Umar, dengan lafaz :
" بينما نحن عند رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم ذات يوم , إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب , شديد سواد الشعر , لا يرى عليه أثر السفر , ولا يعرفه منا أحد , حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم , فأسند ركبتيه إلى ركبتيه , ووضع كفيه على فخذيه , وقال: يا محمد! أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم: الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله , وأن محمدا رسول الله , وتقيم الصلاة , وتؤتي الزكاة , وتصوم رمضان , وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا , قال: صدقت , قال: فعجبنا له يسأله ويصدقه , قال: فأخبرني عن الإيمان؟ قال: أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر , وتؤمن بالقدر خيره وشره , قال: صدقت , قال: فأخبرني عن الإحسان؟ قال: أن تعبد الله كأنك تراه , فإن لم تكن تراه فإنه يراك , قال: فأخبرني عن الساعة؟ قال: ما المسؤول عنها بأعلم من السائل , قال: فأخبرني عن أماراتها؟ قال: أن تلد الأمة ربتها , وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان , قال: ثم انطلق , فلبث مليا , ثم قال لي: يا عمر أتدري من السائل؟ قلت: الله ورسوله أعلم , قال: فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم ".
رواه مسلم (1/29) , والنسائي (2/264 ـ 266) , والترمذي (2/101) , وابن ماجه (63) , وأحمد (1/27 و28 و52 و53) وزاد في آخره "
ما أتاني في صورة إلا عرفته , غير هذه الصورة
Tirmiz\i mengatakan hadis ini hasan S}ahih, Daru Qut}ni> dalam sunannya meriwayatkan “ kemudian orang itu duduk di hadapan Rasulullah, sebagaimana dalam seorang dari kami duduk ketika shalat, kemudian ia meletakkan tangannya diatas bahu Rasulullah.
C. Kelebihan dan kekurangan Kitab Irwa> al-Gali>l fi> Takhri>j Ah}a>di>s\ Mana>r al-Sabi>l 

Kelebihan dari kitab ini ialah mempermudah para penuntut Ilmu untuk mengetahui hadis daif dan mana hadis Sahih dengan mentakhrij beberapa hadis-hadis tentang fiqih yang. Dalam menerangkan suatu permasalahan, ia tidak pernah lupa menyertakan dalil dan ta’lil dengan metode yang mudah di pahami  terperinci dalam kitab ini dengan daftar isi hadis-hadis secara alfabetis. Dan adapun kekurangan kitab ini menurut pemakalah sendiri bahwa tidak di sebutkannya atau tidak di paparkan dengan jelas sanad yang berkaitan antara guru dengan murid dengan demikian kitab ini dapat di ketahui dengan jelas ke-Da’ifa>n dan ke-S}ahi>han sanad tersebut.






















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

Syaikh Muhammad Na>s}ir al-Di>n bin al-Ha>j Nu>h al-Alba>ni adalah penulis dari kitab Irwa> al-Gali>l fi> Takhri>j Ah}a>di>s\ Mana>r al-Sabi>l terdiri dari 9 jilid, kitab ini berisikan takhrij (studi ilmiah) atas hadis-hadis dalam kitab Mana>rus al-Sabi>l. Berdasarkan penomoran hadis di jilid terakhir, jumlah hadisnya sebanyak 2.707 buah. Kitab irwaul Galil ini> di cetak pada tahun 1985 M/ 1405 H di Beirut. Dan kitab ini sudah di terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada Juz pertama.
Dengan Metode Berdasarkan status hadis. Metode ini sangat membantu sekali dalam proses pencarian hadis berdasarkan statusnya seperti yang terperinci dalam kitab ini dengan daftar isi hadis-hadis secara alfabetis penjelasan tentang kedudukannya, nomornya, sehingga kita mudah memahami hadis-hadis yang sudah di tahkrij. Dengan menggabungkan kitab Mana>r al-Sabil yang sudah di takhrij maka jelaslah mana hadis yang Da’i>f dan mana Hadis yang Sahi>h.









DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hadi, Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir. Metode Takhrij Hadits Semarang : Dina Utama, 1994 M
Alba>ni, Muh}ammad Nas}ir al-Di>n. S}ifat S}ala>t al-Nabi> al-Riya>d: al-Maktabah al-Ma’a>ri>f li al-Nasri> wa al-Tauz’i>, 1420 H
                            Irwa’ al Ghalil Telaah Kritis terhadap matan hadis kitab manar as sabil, Jakarata selatan: Najla Press, 2003M
Al-Ja’fi, Muh}ammad bin Isma’il abu> ‘Abdulla>h al-Bukha>ri>. al-Ja>mi’u al-Musna>d al-S}ah}ih} al-Muhktas}s}a>r min ‘Umu>ri Rasu>lulla>h S}allalla>hu ‘Alaihi Wassalla>m t.tp,.: Da>r al-Taqwa> al-Naja>h, 1422 H
Mahfudh, bin Mubarak. Biografi Syaikh al-Albani Mujaddid dan Ahli Hadits Abad ini Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2003
Mu>sa>, Ha>di ‘Is}a>m. al-Raud al-Da>ni> fi> al-Fawa>’id al-Hadi>s\ah li ‘Allamah Muh}ammad Na>s}ir al-Di>n al-Alba>ni> ‘Amman: al-Maktabah al-Islamiyyah, 1422.
Solahuddin, Agus.Ulumul Hadis,  Bandung : Pustaka Setia, 2008
Al-Syaiba>ni>, Muh}ammad bin Ibra>hi>m. Haya>tu al-Alba>ni> wa As\aruhu wa S|ana> ‘al-‘Ulama> ‘alaihi, t.t.: Maktabah al-Saddawi>, 1987
Syaikh, Abu> al-H}a>sa>n.Tara>ji’a>h al-Alba>ni> t.t.: Da>rl al-M’a>ri>f, t.th





[1] Ada juga yang menyebut namanya dengan Muh}ammad bin Nu>h Naja>ti>. Lihat ‘Is}a>m Mu>sa> Ha>di>, al-Raud al-Da>ni> fi> al-Fawa>’id al-Hadi>s\ah li ‘Allamah Muh}ammad Na>s}ir al-Di>n al-Alba>ni> (‘Amman: al-Maktabah al-Islamiyyah, 1422. ), h.7
[2] Mubarak bin Mahfudh, Biografi Syaikh al-Albani Mujaddid dan Ahli Hadits Abad ini ( Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’I, 2003 ), h. 12.
[3] Takhrij adalah penunjukan terhadap tempat hadis  di dalam sumber aslinya yang di jelaskan sanad dan martabatnya sesuai keperlua. Lihat. Agus Solahuddin, Ulumul Hadis ( Bandung : Pustaka Setia, 2008 ), h. 189
[4]  Abu> al-H}a>sa>n Syaikh, Tara>ji’a>h al-Alba>ni> (t.t.: Da>rl al-M’a>ri>f, t.th ),J. I., h. 46
[5] Muh}ammad bin Ibra>hi>m al-Syaiba>ni>, Haya>tu al-Alba>ni> wa As\aruhu wa S|ana> ‘al-‘Ulama> ‘alaihi (t.t.: Maktabah al-Saddawi>, 1987), h. 541
[6] Muh}ammad Na>s}ir al-Di>n al-Alba>ni>, Irwa’ al Ghalil Telaah Kritis terhadap matan hadis kitab manar as sabil ( Jakarata selatan: Najla Press, 2003M ), terje. Oleh Khairun Na’im, h. 3
[7] Ibid., h. 19.
[8] Muh}ammad Nas}ir al-Di>n al-Alba>ni>, S}ifat S}ala>t al-Nabi> (al-Riya>d: al-Maktabah al-Ma’a>ri>f li al-Nasri> wa al-Tauz’i>, 1420 H ), J. I., h. 58.
[9] Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi, Metode Takhrij Hadits (Semarang : Dina Utama, 1994 M ), h. 195.
[10] Terj. Khairun Na’im, op. cit., h. 43
[11] Muh}ammad bin Isma’il abu> ‘Abdulla>h al-Bukha>ri> al-Ja’fi>, al-Ja>mi’u al-Musna>d al-S}ah}ih} al-Muhktas}s}a>r min ‘Umu>ri Rasu>lulla>h S}allalla>hu ‘Alaihi Wassalla>m (t.tp,.: Da>r al-Taqwa> al-Naja>h, 1422 ), J. I., h. 19.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar